News
Senin, 13 September 2010 - 20:24 WIB

Tanggul Sungai Jajar jebol, seratusan rumah tergenang

Redaksi Solopos.com  /  Arif Fajar Setiadi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Grobogan (Espos)–Hujan deras dan debit air yang meningkat membuat tanggul Sungai Jajar di Desa Anggaswangi, Kecamatan Godong kembali jebol, Minggu malam (12/9). Akibat kejadian ini sekitar 100 rumah warga terendam air.

Selain rumah warga, akibat tanggul yang jebol sekitar pukul 21.30 WIB ini, 60 hektare tanah pertanian milik warga di sekitar tanggul juga ikut terendam air setinggi 30-50 cm..

Advertisement

“Ini kali kedelapan tanggul Sungai Jajar jebol dalam tujuh bulan terakhir. Saat ini kami hanya bisa berharap Balai PSDA bisa secepatnya menormalisasi Sungai Jajar agar tidak ada kejadian ini lagi,” jelas Kades Anggaswangi, Dwi Sulistyo BA, kepada wartawan, Selasa (13/9).

Permintaan Dwi Sulistyo agar Balai PSDA untuk segera melakukan normalisasi sungai cukup beralasan. Karena tingkat endapan lumpur di sungai tersebut dari waktu ke waktu semakin mengkhawatirkan.

“Sendimentasi di Sungai Jajar diduga menjadikan jebolnya tanggul, sebab endapan Lumpur yang cukup tinggi membuat sungai tak mampu menampung debit air yang cukup banyak dari hulu,” ungkapnya.

Advertisement

Saat ini air luapan dari Sungai Jajar sudah mulai surut. Namun warga mengaku khawatir, mengingat saat ini kondisi wilayah Grobogan dan hulu atau daerah atas (Kedungjati dan Salatiga) mendung.

“Tanggul jebol panjangnya menjadi  13 meter. Warga sudah meminta bantuan karung plastik dari PSDA. Perkiraan kami, butuh sekitar 2.500 karung plastik untuk membuat tanggul sementara di lokasi tanggul jebol,” ujarnya.

Sementara untuk mengatasi tanggul yang jebol, warga membuat tanggul sementara di lokasi jebolnya tanggul Sungai Jajar, Selasa (13/9). Warga mempersiapkan sekitar 150 batang bambu untuk dipasang sebagai penahan karung plastik yang diisi pasir. Namun warga khawatir pengerjaan tanggul sementara akan terganggu hujan.

Advertisement

“Kami khawatir pemasangan bambu yang butuh tujuh hari kerja tidak maksimal karena kemungkinan hujan lagi. Karena jika terjadi hujan di hulu sungai, maka air akan meluap dan merendam rumah warga kembali,’ ‘ imbuh Dwi Sulistyo.

rif

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif