Demikian ungkap Menteri Luar Negeri Malaysia, Anifah Aman. Kepada pers, Anifah optimistis bahwa ketegangan kedua negara bisa diselesaikan secara diplomasi. “Sejauh ini, kita bisa duduk bersama dan membicarakan cara-cara untuk mencari solusi yang paling baik,” kata Anifah usai perayaan HUT Malaysia ke-53, Selasa (31/8), seperti dikutip kantor berita Bernama.
Menurut Anifah, masalah-masalah yang melibatkan kedua negara bisa diselesaikan melalui semangat ASEAN, mengingat Indonesia dan Malaysia adalah sesama pendiri dan anggota Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara itu.
Namun, bukan berarti masalah bilateral itu harus diperbincangkan di forum pertemuan ASEAN. “Tidak perlu membawa masalah ke Konfrensi Tingkat Tinggi ASEAN,” kata Anifah seperti dikutip laman harian The Star.
Maka, menurut Anifah, Malaysia siap menerima kedatangan delegasi Indonesia pimpinan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa untuk membicarakan masalah-masalah bilateral dan mencari penyelesaiannya. Kedua pejabat tinggi itu direncanakan bertemu di Kinabalu 6 September mendatang.
Menteri Dalam Negeri Malaysia, Hishammuddin Hussein, berharap bahwa kedua negara bisa tetap menggunakan jalur diplomatik untuk mengatasi setiap masalah.
Hubungan kedua negara dalam beberapa pekan terakhir menegang setelah muncul insiden maritim pada 13 Agustus lalu. Saat itu tiga petugas dari Dinas Perikanan dan Kelautan Indonesia ditangkap Polisi Laut Malaysia ketika mereka menahan tujuh nelayan asal Negeri Jiran, yang diduga berada di perairan Indonesia secara tidak sah.
Insiden itu memunculkan kemarahan di Indonesia. Salah satunya, ketika kelompok Benteng Demokrasi Rakyat (Bendera) pada 23 Agustus lalu berdemonstrasi di depan Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta.
Para demonstran membakar bendera Malaysia dan melempar tinja ke arah kedutaan. Aksi itu memunculkan kecaman di Malaysia sehingga menambah panas ketegangan bilateral.
Kedua pihak pun terus melontar kecaman. Padahal, Indonesia dan Malaysia masih belum menuntaskan sejumlah isu yang lebih penting, diantaranya penentuan perbatasan dan perundingan atas perjanjian penempatan pekerja rumah tangga Indonesia ke Malaysia.
vivanews/rif