News
Rabu, 1 September 2010 - 10:51 WIB

Gawat, tak ada antisipasi penipuan lewat SMS

Redaksi Solopos.com  /  Arif Fajar Setiadi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta–SMS penipuan bertajuk ‘mama minta pulsa’ beredar luas di masyarakat. Namun regulator tak melakukan antisipasi. Masyarakat hanya dihimbau untuk hati-hati.

Ketua Umum Indonesian Telecommunication User Grup (IDTUG) Nurul Yakin Setiabudi menilai meskipun belum ada yang melaporkan mengalami kerugian akibat peredaran SMS penipuan semacam ‘mama minta pulsa’, tapi operator seharusnya sudah melakukan antisipasi.

Advertisement

“Fasilitas operator telah dimanfaatkan, seharusnya ada filtering. Jika satu SMS dikirim ke banyak orang, pasti itu ada sesuatu,” katanya di Jakarta, Selasa (31/8). Ia menilai untuk mengantipasi korban akibat SMS tipuan, harusnya ada traffic center menyangkut kerugian pelanggan.

Operator harus menyediakan call center khusus jika ada pelanggan yang mengalami penipuan semacam itu. “Walaupun tidak secara khusus, seharusnya masing-masing operator itu responsif akan kejadian-kejadian semacam ini. Mekanisme pelaporan kan banyak bisa lewat email, atau call center,” tandasnya.

Anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Heru Sutadi menampik lembaganya kurang aktif dalam melakukan pencegahan SMS penipuan. Heru menyatakan penipuan bukan domain BRTI karena tugas lembaganya adalah di bidang telekomunikasi.

Advertisement

Sementara penipuan SMS hanya memanfaatkan media telekomunikasi sebagai sarana kejahatan dan harus ada pembuktian. “Tapi kami tetap peduli, takutnya ini menjadi masalah, mewabah. Jadi kita bikin himbauan pada masyarakat untuk berhati-hati, ujung-ujungnya masyarakat sendiri yang harus berhati-hati,” imbuhnya.

Heru menyatakan BRTI telah memberitahukan pada masyarakat, jika mendapatkan nomor penipuan dan telah tertipu untuk membuat laporan ke polisi. Setelah itu minta operator memblokir nomor tersebut.

“Kalau betul penipuan, bisa disampaikan ke operator agar ditindaklanjuti, seperti sekarang kami sedang mengumpulkan nomor-nomor itu,” katanya.

Advertisement

Heru menilai solusi yang bisa dilakukan untuk mencegah penipuan itu hanyalah memberikan pengetahuan pada masyarakat. Karena jika nomornya diblokir maka penipu bisa membeli nomor baru dan melakukan penipuan lagi. “Jadi untuk saat ini memberikan pemahaman adalah solusi yang jitu,” katanya.

Sebaliknya Nurul Yakin Setiabudi menilai SMS penipuan bisa dikurangi jika operator proaktif. Tapi jika operator tidak proaktif, maka pelanggan jelas yang akan rugi.

“Bagi mereka yang paham itu adalah penipuan sih tidak masalah, tapi mereka yang tidak tahu kan bisa bahaya karena ini cukup mewabah. Di Medan, Semarang banyak yang melaporkan hal yang sama. Jadi mustinya operator proaktif akan masalah semacam ini,” jelasnya.

inilah/rif

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif