Sragen (Espos)–Pengelola Waduk Ketro, Kecamatan Tanon mengatur pembagian air dengan ketat.
Hal itu mengingat kondisi sediman alias endapan di Waduk Ketro kini mencapai sekitar 1 juta meter kubik (m3) atau hampir 40%.
Pada musim kemarau seperti saat ini, petani di tujuh desa sekitar hanya menerima air untuk jatah tanam palawija. Kebutuhan air dengan jatah palawija sendiri hanya mencakup sepertiga dari kebutuhan air untuk tanam padi.
Sementara itu, kendati sedimen sudah cukup tinggi, pihak Dinas Pekerjaan Umum (DPU) mengaku belum berpikir untuk mengadakan pengerukan endapan. Terakhir kali pengerukan sedimen di waduk itu dilakukan pada 2005.
Kepala DPU Sragen, Marijo, saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (26/8) menerangkan keberadaan endapan pada sebuah embung atau waduk atau semacamnya tidak dapat dihindarkan. Namun, sepanjang fungsi embung atau waduk itu masih berjalan normal mengerukan endapan belum akan dilakukan.
“Endapan itu tidak bisa dihindari. Setiap embung atau waduk ada perhitungannya. Tapi karena di Waduk Ketro fungsinya masih berjalan normal, saya rasa dalam waktu dekat belum perlu pengerukan. Tahun ini tidak ada, entah tahun depan. Yang jelas kini DPU masih fokus menangani jalan,” jelas Marijo
tsa