Jakarta–Pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bahwa dirinya menjadi sasaran teroris merupakan sikap yang berlebihan. Pengakuan itu justru akan membuat SBY blunder.
“Pengakuan itu akan membuat SBY blunder, terlebih jika ternyata kenyataannya tidak ada,” kata pengamat politik Reform Institute Yudi Latif di Jakarta, Selasa (10/8).
Ia menuturkan, SBY sudah dua kali mengutarakan ancaman teroris. Seharusnya, SBY bisa menahan untuk tidak mengatakan hal itu kepada rakyat.
“Yang namanya ancaman kepada Presiden itu kan tiap saat, sudah pasti ada. Kalau terlalu sering mengungkapkan, nanti khawatir jika memang kejadian, rakyat menganggap itu hal biasa-biasa saja,” papar Yudi.
Terkait apakah strategi SBY masih jitu untuk menarik simpati publik, Yudi menyangsikannya. Sebaliknya, rakyat lama kelamaan akan bosan, dan menganggap ancaman teror tak punya urgensi apapun.
Sebelumnya, untuk yang kedua kalinya, Presiden SBY mengatakan bahwa ia mendapat laporan bahwa akan menjadi target teroris berikutnya.
Usai menyatakan itu, keesokannya Densus 88 menangkap Abu Bakar Baasyir yang diduga cikal bakal jaringan teroris Indonesia, termasuk skenario sasaran kepada presiden.
inilah/rif