Lifestyle
Rabu, 4 Agustus 2010 - 16:41 WIB

Dua gadis hidup tanpa lambung

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Liverpool–Siapa bilang tak punya lambung orang tak bisa makan? Dua gadis membuktikan mereka masih bisa hidup normal setelah lambungnya diangkat karena kanker.

Tapi syaratnya makan tak bisa banyak-banyak kadang satu sendok atau maksimal sepertiga porsi biasa. Hidup tanpa lambung itu dialami Ravindra dan Meeta Singh. Dua bersaudara ini mengangangkat lambungnya untuk mencegah dan mengalahkan kanker yang telah menewaskan lima anggota keluarga mereka.

Advertisement

Keluarga Singh, termasuk Ravindra dan Meeta, membawa gen mutan langka E-cadherin, yang hanya terjadi pada 100 keluarga di seluruh dunia. Gen mutan ini membuat mereka lebih rentan terhadap kanker lambung dan kanker payudara.

Ravindra sudah menderita kanker lambung ketika ia menjalani operasi pengangkatan lambung, sedangkan Meeta memutuskan operasi sebagai tindakan pencegahan.

Advertisement

Ravindra sudah menderita kanker lambung ketika ia menjalani operasi pengangkatan lambung, sedangkan Meeta memutuskan operasi sebagai tindakan pencegahan.

Hampir setahun setelah operasi yang berlangsung di Liverpool, dua bersaudara ini mengaku sedang belajar untuk hidup lagi, tapi mereka merasa segala sesuatu menjadi sangat sulit, terutama yang berhubungan dengan urusan makan.

“Saya jauh lebih baik daripada sebulan sebelumnya, tapi jelas masih ada efek samping yang saya rasakan dengan tidak memiliki lambung,” tutur Ravindra yang masih sering merasa lelah dan pusing, seperti dilansir dari BBCNews, Rabu (4/8).

Advertisement

“Tapi bila saya makan terlalu banyak, beberapa saat setelah saya selesai makan, saya akan merasa tidak nyaman, gangguan pencernaan, jumlah asam meningkat dan kemudian mengalami apa yang disebut sindrom ‘dumping’, seperti semacam diare parah,” jelas Ravindra yang sekarang berusia 30 tahun.

Meeta pun mengalami hal yang sama. “Itu tergantung pada apa makanan yang kita makan, tetapi jika itu adalah makanan yang seharusnya tidak kita makan, seperti roti, saya dapat merasakan sensasi bergerak ke tenggorokan dan kemudian roti ini serasa mengembang,” ujar Meeta yang kini berusia 25 tahun dan merupakan adik kandung Ravindra.

“Meskipun ini merupakan operasi yang besar, tapi ini memungkinkan seseorang untuk hidup tanpa lambung,” jelas Simon Dexter, seorang konsultan di Leeds Teaching Hospitals dan merupakan dokter bedah yang menangani Meeta.

Advertisement

Dexter menambahkan, usus sebenarnya adalah tabung yang bergerak dari atas ke bawah, sedangkan lambung merupakan pembengkakan di dalam tabung. Bila lambung dikeluarkan, maka sama saja dengan menutup celah yang terjadi di antara keduanya.

Fungsi utama dari lambung adalah penyimpanan. Ini memungkinkan seseorang untuk makan dengan jumlah besar dan kemudian menyimpannya di dalam lambung. Namun, bila orang tidak memiliki lambung, maka ia harus lebih sering makan tapi dengan porsi yang jauh lebih sedikit.

“Lambung membantu penyerapan zat besi dan vitamin B12, sehingga memberi tambahan vitamin bagi tubuh. Tapi bila tak punya lambung, maka orang bisa melengkapi kebutuhan vitamin tersebut dengan suplemen. Sehingga tidak memiliki lambung seharusnya tidak memiliki efek yang mendalam,” papar Dexter.

Advertisement

Dan menurut Dexter, pengangkatan lambung adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan nyawa Ravindra dan Meeta.

dtc/ tiw

Advertisement
Kata Kunci : Hidup Tanpa Lambung
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif