Soloraya
Selasa, 3 Agustus 2010 - 03:51 WIB

Ayah gantung diri, nasib Aji tak pasti

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Sukoharjo (Espos)--Aji Mustaqim dan Vera Ismawati adalah dua remaja yang putus sekolah karena keterbatasan ekonomi. Aji tak bisa melanjutkan SMA karena ayahnya sakit sementara ibunya tak bisa bekerja. Vera terpaksa berhenti sekolah karena kedua orangtuanya tak mampu membayar biaya sekolah.

Dibanding Vera, nasib Aji kini lebih memrihatinkan. Ayahnya yang menderita penyakit lever sejak beberapa tahun lalu dan tak bisa meninggalkan tempat tidur sejak tujuh bulan lalu, Senin (2/8) dini hari, nekat mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri.

Advertisement

Wahyono, 52, alias Sitas, ayahanda Aji itu, diduga nekat mengakhiri hidupnya karena putus asa. Wahyono meninggalkan seorang istri, Poniyem, serta dua anak yang kini harus berjuang untuk hidup kendati tanpa kepastian masa depan.

Menurut penuturan tetangganya yang kebetulan bernama sama, Wahyono, Sitas diduga nekad menggantung diri pada Senin dini hari.

Advertisement

Menurut penuturan tetangganya yang kebetulan bernama sama, Wahyono, Sitas diduga nekad menggantung diri pada Senin dini hari.

“Mungkin karena putus asa akibat penyakit menahun dan desakan ekonomi, Wahyono akhirnya memutuskan untuk gantung diri. Dia ditemukan tewas oleh istrinya sekitar pukul 01.00 WIB,” ujarnya kepada wartawan, Senin.

Meski di rumah Sitas tak ada penyekat, menurut Wahyono, tak ada seorang pun dari anggota keluarganya yang mengetahui. “Sitas gantung diri dengan menggunakan tali plastik yang diikat di usuk bangunan. Tali itu biasa digunakan Sitas untuk menggantung kakinya agar tak begitu terasa sakit. Namun menjelang kematiannya, tali itu ternyata malah digunakan Sitas untuk menggantung diri,” terangnya.

Advertisement

Mendengar teriakan Poniyem pada dini hari itu tetangga langsung berbondong-bondong datang. Meski demikian karena Sitas meninggal dengan cara tidak wajar, tidak ada warga yang berani memindahkan jenazah Sitas. Mereka memilih menunggu kedatangan pihak kepolisian.

Saat ini, Wahyono menuturkan, jenazah Sitas sudah dikubur di tempat permakaman umum (TPU) tak jauh dari rumahnya. “Jenazah sudah dimakamkan pada pukul 12.00 WIB siang tadi (kemarin siang-red). Pemakaman itu dilakukan setelah polisi menggelar pemeriksaan,” ujarnya.

Dengan meninggalnya sang ayah, Wahyono mengatakan, nasib Aji sekeluarga kini makin tak jelas. “Keluarga Aji jelas membutuhkan pertolongan. Dengan tak adanya tulang punggung keluarga, nasib Aji dan adiknya yang masih berusia 1,5 tahun kini makin tak jelas,” ujarnya.

Advertisement

Apa yang menimpa keluarga Aji, menurut Wahyono, sangat mungkin menimpa keluarga miskin lainnya yang berada di Weru. Oleh sebab itulah Wahyono meminta DPRD Sukoharjo maupun eksekutif Pemkab Sukoharjo segera tanggap dengan kondisi nyata sebagian warga Sukoharjo.

Pemkab Sukoharjo harus segera melakukan pendataan agar mereka bisa memperoleh bantuan yang tepat. “Saya minta segera ada bantuan. Untuk Aji khususnya, karena pasti dia mengalami trauma. Dan dia juga butuh biaya sekolah,” tambahnya.

Dihubungi terpisah, Kapolsek Weru, AKP Joko Wasono, membenarkan kasus gantung diri di Karangmojo, Weru. “Korban memang bunuh diri karena tidak ada tanda-tanda kekerasan di tubuhnya. Dugaan sementara, bunuh diri dilakukan akibat stres karena penyakit lever,” ujarnya.

Advertisement

aps

Advertisement
Kata Kunci : Gantung Diri Sukoharjo
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif