Soloraya
Senin, 2 Agustus 2010 - 17:57 WIB

Tak konsisten, petani tembakau Kepuhsari nglokro

Redaksi Solopos.com  /  Arif Fajar Setiadi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Wonogiri (Espos)–Sebagian petani tembakau di Desa Kepuhsari, Kecamatan Manyaran, Wonogiri nglokro (tidak bersemangat), menyusul harga pasar tidak sesuai dengan saat digelar sosialisasi awal. Petani di Kepuhdsari, saat ini mengambil sikap yang berbeda.

Ada tiga sikap yang dilakukan oleh petani, yakni memotong tanaman tembakau, membiarkannya dan tetap memelihara dengan harapan, konsistensi saat sosialisasi dilakukan oleh pihak perusahaan.
Pernyataan itu disampaikan salah satu petani tembakau Desa Kepuhsari, Manyaran, Katino saat dihubungi Espos, Senin (2/8).

Advertisement

Dia mengatakan sejak adanya demo sampai sekarang tidak ada sosialisasi ulang dari perusahaan pembeli. “Tidak ada sosialisasi dan kini ada sebagian petani yang membunuh tanaman (tembakau). Sebagian membiarkan dan sebagian lagi masih merawatnya,” ujar Katino.

Menurut Katino langkah petani yang membunuh dan membiarkan tanaman tembakau didasari dari kekesalannya soal harga jual. Namun demikian, dia mengaku masih memelihara tanaman tembakaunya karena telanjur tanam. “Untuk hasil, kemingkinan bangkrut, jika harga tidak sesuai dengan saat sosialisasi. Mungkin saat ini, warga sini (Kepuhsari) tidak mau lagi disuruh menanam, karena diapusi.”

Sebelumnya Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Sri Jarwadi mengatakan kalau pihak perusahaan pembeli daun tembakau sudah melakukan sosialisasi ulang. “Bahkan sebagian petani sudah diajak ke Ngawi, ke perusahaan rokok agar tidak ragu-ragu saat menanam.”

Advertisement

Diakuinya, tanaman tembakau kualitas berjenjang. “Jika tidak ada pemahaman memang tidak menguntungkan petani. Karena itu sosialisasi ulang dilakukan, agar petani memahami kualitas daun yang akan dijual dan lebih jelas.”

Mantan staf ahli Bupati ini mengatakan, saat pembelian hasil yang diperoleh petani tidak langsung dipotong dengan pinjaman. “Paling tidak dibayar separo atau seberapanya agar petani juga bisa menikmati hasil. Jika harus dibayar lunas, pinjaman yang dilakukan petani akan merugi. Untuk tembakau di Manyaran masuk kualitas nikotin rendah dan memang sosialisasi kurang.”

tus

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif