Jarak yang cukup pendek tidak memungkinkan masinis bisa ngebut di tujuan akhir.
“Itu nggak benar. Itu sudah menggiring opini publik yang tidak benar terhadap masinis. Faktanya tidak seperti itu,” kata Vice President Public Relation PT KAI Sugeng Priyono saat dihubungi detikcom, Sabtu (31/7).
Sugeng mengatakan, ada 3 fakta yang tidak memungkinkan kalau masinis ngebut. Fakta pertama yakni titik jatuhnya kereta sebelum sinyal. Sehingga tidak benar adanya masinis yang bisa ngebut.
“Dia itu berhenti karena ditahan sinyal. Dari sisi logika juga nggak mungkin. Berhenti di Jatinegara bisa ngebut,” jelasnya.
Fakta kedua, lanjut Sugeng, peta jalan kereta cukup pendek, dan fakta ketiga titik jatuhnya kereta tidak di wesel. “Miringnya memang dekat wesel,” ungkapnya.
Sugeng menegaskan setiap masinis yang sudah menjalan kereta sudah melewati prosedur dan standar yang akurat. Masinis juga mempunyai surat sertifikasi layak untuk menjalankan lokomotif.
“Sudah qualified. Dididik dan dilatih mengenal lalu lintas. Semuanya harus sudah lulus dan mengenal rambu-rambu lalu lintas. Kalau ngebut, ngebutnya di mananya?” tukasnya.
Sebelumnya Ditjen Perkeretaapian Kemenhub Sugandi menyatakan sudah melakukan inspeksi rel dari Jakarta-Banyuwangi beberapa waktu lalu.
Menurut Sugandi, peristiwa anjloknya kereta di Stasiun Manggarai bisa jadi karena masinis kebut saat tujuan akhir.
dtc/nad