Soloraya
Kamis, 22 Juli 2010 - 14:56 WIB

Penipuan dan penculikan resahkan warga Jatinom

Redaksi Solopos.com  /  Arif Fajar Setiadi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Wonogiri (Espos)–Warga Dusun Ngemplak, Desa Jatinom, Kecamatan Sidoharjo belakangan ini dibuat resah, menyusul terjadinya penipuan yang dialami salah satu remaja setempat, Kiswanto, 16, dua pekan lalu. Penipuan dengan menghipnotis dan menculik itu mendorong warga lebih ketat menjaga anak-anak mereka.

Pantauan Espos di salah satu SD setempat, Kamis (22/7), di sekitar gedung dipenuhi para orangtua yang menunggu murid selesai sekolah dan menjemput mereka pulang. Padahal, sebelum kejadian penipuan yang dialami Kiswanto, para orangtua biasa melepaskan anaknya berangkat dan pulang sekolah sendiri.

Advertisement

“Sebelumnya ya saya tidak pernah menunggui. Anak-anak berangkat ke sekolah dan pulang sendiri ke rumah. Tapi gara-gara kejadian itu (penipuan terhadap Kiswanto) saya selalu menunggui anak-anak sampai pulang sekolah,” jelas salah satu warga, Sakiyem.

Penipuan terhadap Kiswanto sendiri terjadi pada Kamis (8/7) lalu. Menurut ibu korban, Katmi, 41, hari itu, sekitar pukul 10.30 WIB, ada seorang laki-laki datang ke wilayah tersebut. Laki-laki itu bertubuh pendek, berkulit hitam, berambut hitam lurus disisir rapi dan memakai pakaian resmi, kemeja putih, celana hitam, bersepatu dan jaket hitam.

“Dia mengaku bernama Agus Susilo, usianya mungkin sudah di atas 50 tahun. Dia berlagak sebagai pedagang kayu, membawa meteran, buku catatan dan bolpoin. Dia bahkan sempat menawar dan mengukur pohon milik salah satu tetangga saya,” ujar Katmi, didampingi anaknya, Kiswanto yang baru lulus dari MTs Ngadirojo tahun 2010, saat ditemui, Kamis (22/7).

Advertisement

Katmi melanjutkan, pria itu menawarkan pekerjaan dan menanyakan kalau ada anak muda yang bisa bekerja padanya dengan gaji Rp 50.000 per hari. Tergiur, Katmi kemudian memanggil anaknya, Kiswanto di rumah dan memperkenalkannya kepada pria itu.

“Tadinya anak saya tidak mau, tapi saya bujuk-bujuk dia sampai akhirnya mau. Setelah bertemu dengan pria itu, anak saya langsung mau,” tambahnya.

Kiswanto menuturkan, saat itu dirinya tidak ingat apapun. Dia menurut saja apa yang diminta pria itu, termasuk saat pria itu menyuruhnya membawa Ponsel berkamera untuk memotret pengukuran kayu. “Karena saya tidak punya Ponsel berkamera, saya pinjam punya paman saya. Lalu saya diajak pergi ke Alas Mantingan, Sragen. Tapi sebelumnya, sempat mampir juga untuk makan di dekat Pasar Sidoharjo,” tutur Kiswanto.

Advertisement

Kiswanto mengaku tidak ingat kejadian setelah itu. Ketika sadar dirinya sudah berada di tengah Alas Mantingan yang sepi, dikeliling pohon-pohon jati. Ponsel milikya dan milik pamannya sudah raib.

Dia mengaku membutuhkan waktu satu jam untuk keluar dari hutan dan bertemu jalan besar. Dia lalu bertanya-tanya pada orang di sekitar tempat itu kemudian berjalan kaki pulang. Sampai di Sukoharjo, dia menumpang truk sampai ke Sidoharjo, lalu jalan kaki lagi sampai ke rumahnya di Dusun Ngemplak RT 1/RW VII Desa Jatinom, Sidohajo. Pihak keluarga tidak berani melaporkan kejadian itu ke pihak kepolisian karena tidak ada bukti.

shs

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif