News
Rabu, 21 Juli 2010 - 13:05 WIB

Indonesia kekurangan periset geografi

Redaksi Solopos.com  /  Arif Fajar Setiadi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Yogyakarta–Indonesia masih kekurangan periset geografi karena hingga sekarang baru memiliki 50 profesor bidang ini padahal idealnya harus mempunyai 165 guru besar, kata Dekan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Suratman.

“Jumlah periset geografi yang masih sedikit akibat perguruan tinggi di Indonesia yang mempunyai fakultas geografi masih sedikit. Hanya tiga universitas di Indonesia, yaitu Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), dan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang membuka fakultas ini, sedangkan lainnya hanya menyediakan ilmu pendidikan geografi untuk dipersiapkan menjadi guru,” katanya di Yogyakarta, Rabu (21/7).

Advertisement

Menurut dia minat kalangan masyarakat untuk mempelajari geografi tergolong kecil karena di tingkat pendidikan menengah atas, mata pelajaran geografi hanya diajarkan di kelas ilmu pengetahuan sosial.

“Kami telah mengusulkan Menteri Pendidikan Nasional agar mengubah kurikulum tersebut agar mata pelajaran geografi bisa diajarkan di kelas ilmu pengetahuan alam,” katanya.

Ia mengatakan terbatasnya periset menyebabkan kurangnya jumlah penelitian geografi, padahal penelitian sangat diperlukan untuk memecahkan masalah pembangunan wilayah, pemetaan sumber daya alam, penaggulangan bencana, dan data spasial tata ruang.

Advertisement

“Fakultas Geografi UGM dan Ikatan Geograf Indonesia (IGI) sedang memproses pendirian fakultas geografi di beberapa perguruan tinggi, di antaranya Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Negeri Semarang, Universitas Negeri Malang, dan Universitas Negeri Makassar,” kata Suratman yang juga Ketua IGI.

Menurut dia ketersediaan periset geografi semakin penting karena meningkatnya frekuensi bencana alam dan masalah sosial di Indonesia.

“Terlebih lagi tidak semua daerah di Indonesia memiliki data spasial yang lengkap tentang tata ruang, lingkungan, bencana, kemiskinan, batas administrasi, batas wilayah, dan masalah pengangguran,” katanya.

Advertisement

ant/rif

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif