Anak kedua dari pasangan Suparman, 27, dan Maryani, 27, warga Taskerep RT 14/RW V, Desa Plumbon, Kecamatan Sambungmacan, Sragen itu hanya bisa tergeletak di atas ranjangnya. Untuk makan, minum sampai buang air pun di tempat tidur.
Orangtua Dandy sudah berupaya sekuat tenaga untuk mencari penyembuh sakit yang dideritanya sejak lahir. Dandy pernah dibawa ke sebuah rumah sakit swasta di Solo sampai kali kelima. Namun tidak ada perkembangan berarti yang menunjukan kesembuhan Dandy.
“Saya sampai bingung harus berbuat apa lagi. Kondisi anak itu kian hari bertambah memrihatinkan. Kepalanya membesar sampai leher. Saya pernah membawa Dandy Solo saat berusia satu bulan. Sudah lima kali berobat ke Solo, namun tidak ada perubahan,” keluh Suparman saat ditemui wartawan, Sabtu (17/7).
Suparman yang biasa bekerja sebagai buruh tani itu hanya bisa mengharap uluran tangan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen, para pengusaha dan para dermawan untuk membantu menyembuhkan anaknya. “Kepala Desa Plumbon dan pihak Dinas Kesehatan (Dinkes) sudah pernah menyambangi kami dan berupaya agar Dandy segera mendapatkan penanganan medis. Namun hingga sekarang belum ada tindak lanjutnya,” ujar Suparman.
Maryani pun juga tidak tahu menahu mengapa anak bungsunya bisa seperti itu. Padahal anak pertama yang dilahirkannya tidak mengalami kelainan dan lahir secara normal. “Mungkin ini merupakan ujian bagi kami. Kapan anak saya bisa berjalan, berlari dan bercanda seperti anak normal pada umumnya. Mudah-mudahan ada uluran tangan dermawan yang bisa menyembuhkan penyakit anak kami,” ucap Maryani seraya meneteskan air mata.
trh