Barang dagangan di pasar itu yang paling diserbu konsumen yakni anglo (tempat arang). Anglo kini banyak digunakan warga untuk memasak. Salah satu pedagang, Supitah, 59, warga Pajang mengaku stok untuk anglo setiap hari selalu habis.
“Dapat setoran dari pengrajin sekitar 15 buah per hari. Dan selalu ludes diserbu pembeli,” katanya saat ditemui Espos di kiosnya, Rabu (14/7).
Ia menuturkan, sebagian besar pembeli yaitu para pedagang eceran dari luar daerah. Maraknya peminat anglo, katanya, karena rasa ketakutan para pengguna kompor gas di desa. “Orang desa pada takut. Kan sekarang banyak yang meledak (tabung gas), jadi mereka pindah ke arang,” katanya.
Sebuah anglo ukuran biasa seharga Rp 12.000, sedang anglo ukuran terbesar mencapai Rp 30.000. Supitah mengaku meraup untung berlipat dari biasanya. “Sekarang bisa dapat Rp 100.000 hingga Rp 200.000 per hari,” katanya. Hal serupa disampaikan pedagang di Pasar Kabangan lainnya, Siti. Puluhan anglo yang ia miliki habis diborong.
Sementara kebanjiran rezeki juga dirasakan Kirman, penjual arang di Pajang. Setiap hari, ia mampu menjual puluhan karung arang. Harga setiap karung pun naik sekitar Rp 2.000 sejak beberapa hari lalu. “Sebelumnya Rp 44.000-45.000, kini saya jual Rp 47.000 per karung,” katanya.
m86