Soloraya
Selasa, 13 Juli 2010 - 16:44 WIB

Tersambar petir, Pasutri luka-luka

Redaksi Solopos.com  /  Arif Fajar Setiadi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Klaten (Espos)–Sukirman, 45, dan Bini, 45, pasangan suami istri (Pasutri) asal Dukuh Jagalan Desa Kranggan Kecamatan Manisrenggo, Klaten mengalami luka-luka di sekujur tubuhnya akibat tersambar petir di ladang cabai miliknya, Senin (12/7) sore.

Informasi yang dihimpun Espos di rumah korban, Selasa (13/7), peristiwa nahas itu terjadi sekitar pukul 17.15 WIB. Kala itu, Pasutri tersebut tengah memperbaiki gubuk di pematang sawahnya. Tiba-tiba gerimis datang disertai dengan petir yang menyambar-nyambar. Nahas, tubuh Pasutri tersebut terkena sengatan petir hingga mengakibatkan luka bakar di sekujur tubuhnya. Sesaat setelah tersambar petir,keduanya masih sempat berteriak minta tolong. Akan tetapi, keduanya
langsung tidak sadarkan diri beberapa saat kemudian.

Advertisement

Warga yang mendengar teriakan keduanya langsung mendatangani lokasi. Oleh warga, Pasutri tersebut kemudian dilarikan ke RS Panti Rini, Sleman. “Tubuh kedua korban tergeletak di ladang berjarak sekitar lima meter. Seluruh pakaiannya hangus dan sobek-sobek hanya menyisakan pakaian dalam,” ujar Giyarto, 55, warga setempat yang ikut menolong kedua Pasutri
tersebut.

Kepada wartawan, Pasutri tersebut mengaku mengalami luka bakar di sekitar perut, punggung, dan lengannya. Menurut keduanya, hingga kini masih merasakan nyeri dan linu-linu di tubuhnya. “Dokter sudah membalut luka kami dan mengizinkan pulang tadi malam (Senin malam-red) dari RS,” ujar Bini saat ditemui di kediamannya.

Ditemui terpisah, Kepala Desa Kranggan, Ir Pranoto mengimbau kepada warganya agar meninggalkan ladang ketika hujan mulai turun. Pihaknya khawatir, kejadian itu akan terulang kembali. Diceritakan Pranoto, kejadian serupa pernah menimpa salah satu warga Sindumartani, Sleman di kawasan yang tak jauh dari lokasi sengatan petir yang menimpa Pasutri tersebut. Bahkan, warga asal Sindumartani tersebut dikabarkan tewas.

Advertisement

“Musibah ini baru kali pertama menimpa warga kami. Agar tidak terulang lagi, para petani harus meninggalkan ladang jika hujan turun,” papar Pranoto.

mkd

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif