Hal tersebut diungkapkan Kasi Kurikulum Pendidikan Menengah Disdikpora, Budi Setiono Adi. Dia mengatakan, mulai tahun ajaran baru seluruh jenjang pendidikan pada tingkat SD, SMP dan SMA/sederajat akan menerapkan kurikulum batik. Dia mengatakan, kurikulum tersebut untuk memberikan pemahaman terhadap siswa tentang seni dan budaya.
“Mengacu pada penetapan batik sebagai kekayaan budaya dan telah diakui internasional, tahun ini kurikulum batik diterapkan,” jelas dia ketika dijumpai Espos, Kamis (8/7).
Dia mengatakan, penerapan kurikulum tersebut akan dilaksanakan berjenjang, di tingkat sekolah dasar siswa akan diberikan pendidikan pengenalan ragam motif, alat-alat yang digunakan dan praktek secara sederhana. Dia menambahkan untuk siswa jenjang SMP mereka akan diminta untuk belajar mendesain batik dan membuat motif batik.
Sementara untuk siswa SMA, sambung dia, mereka tidak hanya dituntut membuat motif, membatik tetapi siswa juga harus belajar untuk mulai memasarkan batik.
“Ini penting untuk diterapkan, selain mereka memiliki jiwa wirausaha mereka dapat nguri-nguri kebudayaan Jawa,” jelasnya.
Secara teknis, Budi menambahkan, dalam sepekan siswa akan mendapatkan pembelajaran batik selama dua jam dan penilaian materi pelajaran tersebut akan tercantum dalam rapor. Dia mengatakan, untuk tenaga pendidik pelajaran tersebut, guru kesenian akan mendapatkan pendidikan secara berkesinambungan untuk meningkatkan kompetensi di bidang batik.
“Ini kurikulum wajib. Harapannya agar siswa dapat memiliki pengalaman dan peran aktif dalam melestarikan kebudayaan,” jelas dia.
das