Trenggalek--Puluhan desa di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, saat memasuki musim kemarau diidentifikasi sebagai daerah rawan kekeringan. Sebagaimana keterangan yang disampaikan oleh Kabid Penanggulangan Bencana Alam Badan Kesbangpol Linmas Trenggalek, Maryono, Kamis (8/7), total ada 81 desa yang selama ini menjadi langganan kekeringan.
Desa-desa itu tersebar di 11 kecamatan yang memiliki dataran tinggi/pegunungan. “Trenggalek masuk kategori daerah potensial bencana geologi. Jadi kalau musim hujan biasanya akan selalu diiringi bencana banjir dan tanah longsor, sementara kalau musim kemarau terjadi kekeringan,” papar Maryono.
Menurut dia, berdasar pengalaman tahun-tahun sebelumnya, daerah yang paling parah mengalami kekeringan biasanya terjadi di sebagian Kecamatan Dongko, Panggul, Kampak, serta Munjungan.
Sementara tujuh kecamatan lain yang berisiko terdampak kekeringan masing-masing adalah Kecamatan Karangan, Tugu, Suruh, Watulimo, Pule, Pogalan, serta Gandusari.
Menurut analisa Maryono, selain faktor geologi, ada beberapa variabel lain yang mempengaruhi tingginya risiko bencana banjir, longsor maupun kekeringan di Kabupaten Trenggalek. Salah satunya terkait kondisi hutan yang gundul, sehingga menyebabkan banyak mata air yang mengering.
Sementara itu, untuk mengantisipasi bencana kekeringan, bakesbangpolinmas bekerja sama dengan SKPD terkait untuk melakukan pasokan atau pengiriman air bersih di daerah yang mengalami kekeringan.
“Kita siapkan pasokan air bersih, tapi itu sebatas air untuk minum dan masak saja,” tutur mantan kabag TU RSUD dr Soedomo, Trenggalek itu menjelaskan.
Selain Trenggalek, daerah lain di Jatim yang diidentifikasi rawan kekeringan di musim kemarau adalah Pacitan, empat kabupaten di Pulau Madura (Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep), Situbondo, Bondowoso, wilayah Malang selatan.
ant/rif