Solo (Espos)–Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Solo berjanji akan mengurangi intensitas event-event di Jl Diponegoro atau kawasan Ngarsopuro.
Penegasan tersebut disampaikan Kepala Disbudpar, Purnomo S, saat dihubungi Espos, Minggu (4/7), menanggapi keluhan pedagang Pasar Ngarsopuro dan Pasar Windujenar. Para pedagang mengeluhkan seringnya Jl Diponegoro ditutup untuk penyelenggaraan kegiatan baik lokal, nasional maupun internasional. “Selama ini kegiatan-kegiatan memang lebih sering di Ngarsopuro. Tapi ke depan akan dikurangi,” ujarnya.
Purnomo menjelaskan, tingginya intensitas pemanfaatan kawasan Ngarsopuro untuk berbagai kegiatan sepanjang tahun 2009 dan 2010, terkait program branding. Tujuan akhirnya pencitraan kota yang dapat menjadi daya tarik bagi para wisatawan baik domestik maupun internasional. Hasilnya pun menurut dia tidak mengecewakan. Kawasan Ngarsopuro sudah dikenal sebagai public space dengan eksotika tinggi. Untuk itu, Purnomo meminta pengertian pedagang pasar atas langkah penutupan Jl Diponegoro yang selama ini dilakukan.
Pada bagian lain, pedagang basement Pasar Ngarsopuro, Buyung, berharap Pemerintah Kota (Pemkot) Solo melalui Disbudpar merealiasi janji mereka. “Saat kondisi normal saja pemasukan sedikit sekali, apalagi sampai Jl Diponegoro ditutup,” ungkapnya. Diberitakan SOLOPOS sebelumnya, pedagang Pasar Windujenar berharap Pemkot bijak dalam pemanfaatan Jl Diponegoro.
kur