News
Selasa, 25 Mei 2010 - 16:19 WIB

Kasus suap, BI lakukan penyelidikan internal

Redaksi Solopos.com  /  Indah Septiyaning Wardani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta–Bank Indonesia akan melakukan penyelidikan internal terkait kabar seputar suap pencetakan uang kertas pecahan Rp100.000 yang melibatkan Pejabat BI.

“Bank Indonesia memperhatikan pemberitaan tersebut dan akan melakukan proses penyelidikan internal,” ucap Kepala Biro Humas BI, Difi A. Johansyah di Jakarta, Selasa (25/5).

Advertisement

Ia mengatakan, pihak-pihak yang berwajib harus terus menggali pihak yang diduga terkait dalam kasus tersebut. Dengan begitu akan jauh lebih baik jika Polisi Federal Australia menyebutkan secara lengkap nama pejabat BI yang diduga terlibat itu. “Sejauh ini yang kami pahami, Polisi Federal Australia sedang menginvestigasi Securency International, dan keterlibatan middleman (broker) di Indonesia yang dalam berita yang ada menyebut inisial pejabat Bank Indonesia. Untuk ini tentunya middleman (broker) tersebut harus dimintai keterangan lebih lanjut, untuk memperjelas siapa yang dimaksud,” tuturnya.

Kasus tersebut bermula dari Harian The Age melansir sebuah dokumen fax rahasia dari pebisnis Jakarta ke pejabat Securency International and Note Printing Australia atau Peruri Australia dan Pejabat senior dari BI dikabarkan menerima suap hingga US$1,3 juta atau sekitar Rp12 miliar untuk memenangkan kontrak pencetakan uang.

Dalam dokumen tersebut, si pejabat senior dari BI disebut sebagai “teman kami” dengan “pembayaran tidak resmi” dan “komisi”. Perwakilan perusahaan RBA di Indonesia, Radius Christanto mengatakan, antara tahun 1999 hingga 2006 secara eksplisit disebut mereferensikan nilai suap yang besar ke pejabat BI, seperti tertuang dalam fax ke Securency pada 1 Juli 1999. “Tolong dimengerti posisi sulit saya karena ini melibatkan nilai

Advertisement

uang yang besar dan telah kami komitmenkan kepada teman kami,” ujar Christanto dalam fax tersebut seperti dikutip dari The Age, Selasa (25/5).

Pada tahun 1999, BI memang memutuskan untuk mencetak uang plastik Rp 100.000 di Australia. Pencetakan uang di Australia itu sempat memunculkan protes dari Peruri yang mengaku sebenarnya sanggup mencetak dan menerima order dari BI. Kasus suap ke pejabat senior BI itu mencuat setelah sebelumnya kasus suap dari pejabat RBA muncul di sejumlah negara.

Sejauh ini investigasi Australian Federal Police (AFP) memfokuskan pada suap dari Securency International senilai 20 juta dolar Australia kepada sejumlah pejabat bank sentral di Vietnam, Nigeria, dan Malaysia

Advertisement

untuk memenangkan kontrak pencetakan uang di negara-negara tersebut selama periode tahun 2003 dan 2006.

inilah/isw

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif