Jakarta–Terdepresiasinya euro terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang sempat menyentuh level terendahnya dalam empat tahun terakhir kembali memicu pelemahan mata uang kawasan Asia termasuk rupiah.
Pagi ini, Rabu (19/5) pukul 10:30 WIB rupiah ditransaksikan di level 9.160 per dolar AS, atau melemah 47 poin (0,51 persen) dari penutupan Selasa kemarin di 9.113.
Analis ekonomi dari PT Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih mengemukanan di pasar New York semalam euro ditransaksikan kembali melemah terhadap dolar AS memicu kejatuhan di bursa saham dan turunnya harga minyak hingga dibawah US$ 70 per barel.
“Ketiga faktor tersebut akan mempengaruhi pergerakan mata uang dan bursa saham di kawasan regional hari ini,” paparnya.mHari ini nilai tukar rupiah diperkirakan masih akan cenderung melemah seiring terdepresiainya mata uang Asia lainnya.
Won Korea Selatan memimpin kejatuhan mata uang kawasan dengan melemah 1,48 persen ke level 1.163,625 per dolar AS, diikuti ringgit Malaysia melemah 0,91 persen menjadi 3,2415, rupee melemah 0,62 persen ke level 45,87, bath Thailand melemah 0,31 persen ke level 32,42, Peso Philipina turun 0,6 persen menjadi 45,513, serta dolar Singapura juga melemah 0,1 persen menjadi 1,3971 per dolar AS.
Pasar finansial global merespon negatif kebijakan pemerintah Jerman untuk membatasi perdagangan sort selling (mencari keuntungan dari penjualan saham pinjaman dengan harapan akan membeli kembali ketika harganya lebih murah, untuk dikembalikan kepada pemiliknya).
Kebijakan ini diberlakukan pada beberapa saham keuangan dan obligasi pemerintah Uni Eropa yang mulai berlaku malami ini hingga 31 Maret 2011. Otoritas jasa keuangan Jerman (BaFin)mengemukanan, bahwa kebijakan ini untuk membatasi volatilitas euro yang berlebihan.
Namun, menurut Lana para pelaku pasar menilai kebijakan tersebut justru menunjukkan kepanikan pemerintah Jerman dan kemungkinan ada kekhawatiran lain yang tidak disadari oleh para pelaku pasar.
Sehingga euro sempat melemah hingga dibawah US$ 1,22 yang merupakan titik terndahnya sejak 17 April 2006 lalu.
tempointeraktif/ tiw