News
Selasa, 18 Mei 2010 - 18:23 WIB

Kualitas pertumbuhan ekonomi memburuk

Redaksi Solopos.com  /  Indah Septiyaning Wardani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta--Meski ada tanda-tanda perbaikan dalam 2 tahun terakhir ini, namun kualitas pertumbuhan ekonomi di Indonesia dinilai memburuk. Salah satu indikatornya adalah menurunnya employment elasticity atau tingkat penyerapan tenaga kerja.

Hal itu disampaikan oleh mantan Menteri Tenaga Kerja di era Presiden Abdurrahman Wahid Bomer Pasaribu usai bertemu dengan Wakil Presiden Boediono di Kantor Wapres, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Selasa (18/5).

Advertisement

Bomer berkunjung ke kantor Wapres selaku Ketua Dewan Penasehat Asosiasi Hubungan Industrial Indonesia untuk mempresentasikan rencana penyelenggaraan kongres ke-7 International Industrial Relation Association. Ia didampingi oleh Officer in Charge ILO Jakarta, Peter Van Rooij serta Mike Nicleson dari International Business Chamber.

Menurut Bomer, employment elasticity diartikan setiap satu persen ekonomi tumbuh, berapa lapangan kerja yang dapat dilahirkan. Antara 1985-1995, lanjut dia, 1 persen pertumbuhann ekonomi dapat menciptakan 400.000 tenaga kerja.

“Tapi employment elasticity tahun 2007 itu 0,250. Artinya satu persen pertumbuhan ekonomi menciptakan 250 ribu lapangan kerja baru,” ujar dia.

Advertisement

Sementara angkatan kerja di Indonesia tiap tahunnya mencapai 2,57 juta. Karena kecilnya employment elasticity lapangan kerja formal, maka sekian juta pencari kerja baru itu akhirnya lari ke sektor informal.

Menurut Bomer, minimnya lapangan kerja sektor formal itu dikarenakan adanya persoalan di bidang investasi. Investasi di Indonesia tidak tumbuh pesat lantaran merebaknya kasus korupsi.

“Laporan Bank Dunia, 7 penyebab investasi payah di Indonesia penyebab pertama adalah tingginya corruption cost,” ulas dia.

Advertisement

dtc/isw

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif