Demikian ditegaskan Abu Bakar Ba’asyir saat menggelar konferensi pers di Kantor JAT, Cemani, Sukoharjo, Sabtu (15/5). Pada kesempatan tersebut, Ba’asyir juga menyatakan kekagetannya saat Densus 88 menemukan perlengkapan senjata di Sukoharjo bersamaan dengan penggerebekan di sebuah kios aki di Baki, Sukoharjo belum lama ini.
“Saya tidak mengenal keempat orang yang baru saja ditangkap Densus 88 (Abdul Hamid, Joko Purwanto, Erwin Suratman, dan Heri Suranto –red). Mereka juga bukan bagian dari anggota JAT. Di antara yang ditangkap hingga saat ini, saya itu hanya kenal dengan Ubaid dan Ziad, itupun kenalnya di Cipinang,” ujarnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, sejauh ini, muncul indikasi mengkait-kaitkan JAT dengan terorisme. Padahal, jihad yang dilakukan JAT berdasar pada jihad amar ma’ruf nahi munkar. Hal itu jauh berbeda dengan aksi terorisme.
“Dalam hal ini JAT tetap menghargai jihad yang mereka lakukan. Namun, cara yang ditempuh berlainan dengan cara kami. Sebaliknya, JAT hanya akan menempuh cara-cara legal dan menolak keras dikaitkan dengan tersangka terorisme,” kata dia.
Menurut dia, JAT dibentuk tanggal 27 Juli 2008 dan menganut konsep jahriyyatud dakwah wa jahriyyatut tandhim. Di mana, jamaah yang terbuka dalam gerak dan penataannya.
“JAT juga selalu bersedia sharing pemikiran serta menjembatani adanya dialog dengan para jamaah lain yang merindukan tegaknya syariat islam. Kekuatan JAT saat ini sebenarnya masih lemah,” ulasnya.
pso