Solo (Espos)–Jumlah pemilih yang masuk golongan putih (Golput) pada Pilkada Solo tahun 2010 ini diprediksi bakal cukup tinggi dibanding Pemilu Legislatif (Pilleg) dan Pemilu Presiden (Pilpres) sebelumnya. Dari total pemilih sebanyak 393.703 orang, diprediksi angka Golput bakal mencapai 40 persen atau sekitar 157.481 pemilih tak mencoblos.
“Berdasarkan pantauan dan pengamatan kami serta koordinasi kami dengan sejumlah LSM, angka Golput kali ini bakal naik. Minimal 40 persen. Bahkan bisa jadi sampai 50 persen. Ini bisa menjadi ancaman serius incumbent,” kata Ketua Panwas Jebres, Muhammad Muttaqin kepada Espos di sekretariatnya, Sabtu (24/4).
Hal senada juga diungkapkan Ketua Panwaslu Solo, Sri Sumanta saat ditemui secara terpisah. Menurut Sumanta, angka Golput pada Pilkada Solo tahun 2010 diprediksi masih cukup tinggi bahkan bisa lebih besar dari Pemilu sebelumnya. “Kalau prediksi kami minimal 30 persen. Yang jelas, masih cukup tinggi,” paparnya.
Menurut Muttaqin, ada sejumlah faktor yang membuat angka Golput cukup tinggi. Pertama, soal hari pencoblosan yang jatuh pada hari kerja produktif, yakni Senin. Jatuhnya waktu pencoblosan pada hari itu, jelasnya, sangat menyulitkan pemilih dari para pekerja, buruh, serta orang Solo yang bekerja di luar kota seperti Semarang, Yogyakarta, serta Soloraya.
“Pemilih akan pikir-pikir 27 kali kalau tak masuk kerja. Karena, tempat kerjanya belum tentu memberikan izin. Apalagi para buruh dan proyek berada di luar Solo. Jadi, ini sangat berdampak luas,” jelasnya.
Faktor kedua, lanjutnya, adanya anggapan kuat di masyarakat luas bahwa incumbent sudah pasti menang. Hal itu membuat tekad para pemilih melemah karena mereka menilai bahwa memilih atau tidak sudah pasti dimenangkan incumbent.
“Setiap orang yang saya tanya, jawabannya incumbent pasti menang. Sehingga, mereka berpikir kenapa susah-susah menyoblos kalau sudah dimenangkan incumbent,” paparnya.
asa