News
Minggu, 18 April 2010 - 17:23 WIB

Dua TPS unik warnai Pilkada kota Semarang

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Semarang–Dua tempat pemungutan suara (TPS) yakni TPS 13 Kelurahan Sawah Besar dan TPS 19 Kelurahan Pudak Payung Semarang tampak unik dan mewarnai Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Semarang, Minggu (18/4).

“Seluruh petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) ini memang sengaja memakai kostum wayang orang dan pemungutan dengan diiringi suara gamelan,” kata Ketua KPPS TPS 13 Kelurahan Sawah Besar, Wagiman, di Semarang, Minggu.

Advertisement

Kostum petugas KPPS setempat terdiri atas tokoh wayang Janaka, Wisanggeni, Abimanyu, Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong. Ia mengatakan, biaya kostum unik KPPS setempat berasal dari swadaya mereka karena biaya pembuatan TPS berasal dari Komisi Pemilihan Umum Kota Semarang relatif minim.

“Ini memang baru pertama kali petugas KPPS di TPS ini mengenakan kostum seperti ini,” katanya.

Advertisement

“Ini memang baru pertama kali petugas KPPS di TPS ini mengenakan kostum seperti ini,” katanya.

Ia menjelaskan, mereka mengenakan kostum wayang agar menarik minat masyarakat datang ke TPS untuk menyalurkan hak pilihnya tanpa terpaksa. Selain itu, katanya, sebagai bagian dari upaya melestarikan budaya Jawa.

Jika lebih banyak warga datang ke TPS, katanya, akan mengurangi jumlah warga yang tidak mengunakan haknya atau golongan putih pada pilkada setempat.

Advertisement

Proses pencoblosan dan perhitungan suara di TPS 19 Kelurahan Pudak Payung diiringi dengan lantunan lagu dangdut yang dibawakan langsung oleh beberapa penyanyi.

Ketua KPPS TPS 19 Kelurahan Pudak Payung, Dedi, mengatakan, suguhan lagu dangdut itu menarik minat warga datang ke TPS untuk memberikan suaranya sehingga bisa menekan golput.

“Dengan diringi musik dangdut secara langsung, antusiasme warga terlihat cukup baik dalam menggunakan hak pilihnya,” katanya.

Advertisement

Salah seorang warga yang datang ke TPS 19 Kelurahan Pudak Payung, Fajar Arif,26, mengaku, dirinya cukup terhibur dengan musik dangdut yang dibawakan beberapa penyanyi tersebut saat pemilihan.

“Namun hal tersebut sebenarnya tidak terlalu penting karena yang terpenting adalah bagaimana wali kota yang terpilih nantinya dapat mengatasi berbagai masalah di Kota Semarang seperti rob dan tindak pidana korupsi,” katanya.

Ant/tya

Advertisement

Advertisement
Kata Kunci : Pilkada Semarang
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif