Lifestyle
Senin, 12 April 2010 - 19:03 WIB

Jalan-jalan di Ho Chi Minh, ruwet tapi mengasyikan

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Setelah menempuh penerbangan selama kurang lebih tiga jam dari Bandara Soekarno Hatta, Jakarta, akhirnya pesawat yang kami tumpangi mendarat di Bandara Tan So Nhat, Ho Chi Minh City. Pada pukul 20.00 waktu setempat (tidak ada perbedaan waktu antara Jakarta dan Vietnam), Bandara Tan So Nhat, Vietnam, terlihat sepi. Malam itu, hanya ada satu penerbangan internasional yang mendarat di Bandara Tan So Nhat, sehingga antrean di bagian imigrasi tak terlalu panjang. Kami hanya butuh 30 menit untuk terbebas dari imigrasi. Penuh rasa puas, kami tatap paspor yang telah dicap imigrasi Vietnam. Wah, bertambah lagi nih koleksi cap imigrasi dari berbagai negara di paspor !

Tak ada shuttle bus yang bisa membawa penumpang menuju pusat kota. Yang ada hanyalah taksi. Yang membedakannya dari Bandara Adi Soemarmo, ada banyak sekali taksi di Bandara Tan So Nhat. Hanya, kita harus hati-hati. Ada beberapa sopir taksi tak mau menyalakan argo. Jadi, sebaiknya, pilihlah taksi dari perusahaan yang sudah terkenal, yaitu Mai Linh dan Vinasun. Tapi, rata-rata taksi mematok ongkos dari bandara ke pusat kota adalah US$9-US$10 dengan waktu tempuh 30 menit.

Advertisement

Selain tidak memiliki shuttle bus, Bandara Tan So Nhat juga tak memiliki ruang informasi (information centre). Sehingga, bagi turis asing yang baru kali pertama mendarat di Bandara Tan So Nhat, saya jamin bakal kebingungan mencari peta Ho Chi Minh City. Padahal, di KLIA (Kuala Lumpur) dan Suvarnabhumi (Bangkok), kita bisa dengan mudah memperoleh peta atau informasi penting seputar kota yang akan kita kunjungi.

Di tempat ini, saya juga bertemu sesama WNI. Pria beralamat Tangerang yang datang bersama istri dan anaknya itu mengaku sedang menunggu jemputan tour guide. Sayang, kami lupa bertanya nama bapak tersebut. Yang jelas, dia tak dapat menyembunyikan kekagetannya saat mengetahui kami berwisata ke Vietnam dan Kamboja tanpa mempergunakan jasa biro perjalanan wisata atau memanfaatkan jaringan pertemanan.

“Jadi, kalian tidak punya kenalan yang bisa menjemput dan mengantar ke sana kemari? Wah, kalian hebat dan nekat sekali! Kalian berani datang ke negara yang betul-betul asing tanpa mengandalkan kenalan seorang pun!” cetusnya takjub.

Advertisement

Fasilitas angkutan di Ho Chi Minh City yang pernah bernama Saigon itu memang tak selengkap di Kuala Lumpur atau Singapura. Turis harus cukup puas dengan taksi dan tuk tuk. Meski tak didukung sarana angkutan darat yang memadai, Saigon tetap jadi daya tarik turis asing. Ada banyak sekali turis dari ras Kaukasia atau Arya berkeliaran di jalan-jalan Saigon. Untuk bertransaksi, wisatawan bisa mempergunakan dolar Amerika Serikat atau mata uang lokal, Vietnam Dong (VND). Nilai tukar VND terhadap dolar adalah US$1=19.000 VND.

Beragam tempat menarik di Saigon bisa dijangkau dengan berjalan kaki. Di malam hari, wisatawan bisa menikmati suasana night market yang terletak di Jalan Ben Thanh. Aneka kerajinan khas Vietnam dijajakan di pasar yang buka mulai pukul 18.00 waktu setempat itu. Harga barang-barang di Ben Thanh Market cukup terjangkau. Misalnya, tas bersulam gadis Vietnam dijual dengan harga US$2-US$3 per buah (sekitar Rp 20.000-Rp 30.000 bila diasumsikan US$1=Rp 10.000). Kuncinya adalah kita harus tega menawar hingga 70% dari harga semula.

Sedangkan di siang hari, wisatawan bisa mengagumi keindahan arsitektur Katedral Notre Damme, kantor pos atau Museum Reunifikasi. Kalau ingin punya pengalaman beda, Cuchi Tunnels yang terletak sekitar 1 jam perjalanan darat dari Ho Chi Minh City bisa jadi alternatif. Kalau tak ingin repot, ada banyak agen perjalanan menawarkan one day tour ke Cuchi Tunnels. Harga paket yang dipatok US$4,5 sampai US$5 itu belum termasuk tiket masuk Cuchi Tunnels senilai 75.000 VND (US$1=19.000 VND).

Advertisement

Selain merasakan blusukan di terowongan super sempit bikinan tentara Vietkong, pengunjung juga bisa menjajal arena tembak sasaran yang menyajikan aneka senapan laras panjang dan peluru asli!
Lautan kendaraan roda dua di semua ruas jalan di Ho Chi Minh City benar-benar menguji kesabaran. Jumlah kendaraan roda dua kira-kira dua pertiga dari arus kendaraan di jalan. Mobil bisa dihitung jari. Parahnya lagi, Pemerintah Vietnam tak menyediakan jembatan penyeberangan. Alhasil, kalau ingin menyeberang jalan, pejalan kaki harus berjibaku menembus lautan kendaraan roda dua itu.  (Bersambung)

Oleh: Astrid Prihatini WD

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif