Solo (Espos)–Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Solo diminta memperkuat komitmen sesama pelaku hotel bintang untuk menjaga stabilitas harga.
Hal ini disampaikan sejumlah pelaku hotel berbintang di Solo mengingat tren perang tarif kerap terjadi pada saat-saat <I>low season<I>. Sementara itu, hotel-hotel berbintang di Kota Solo direncanakan bakal menggelar pertemuan khusus mencari solusi adanya dampak persaingan bisnis tersebut.
General Manager Best Western Premier Solo, R Ito Sukarmadji, mengatakan perang tarif itu memang kerap terjadi jika demand jauh lebih kecil dibandingkan supply.
“Jika di suatu kota itu antar industri hotel terjadi perang tarif, maka yang perlu turun tangan adalah PHRI. Asosiasi ini harus diperkuat dan perlu dibangun adanya kekompakkan antar pelaku hotel,” tutur Ito, saat ditemui wartawan, Kamis (25/3).
Menurutnya, perlu adanya komitmen dari antar pelaku sehingga dampak persaingan bisnis yang terganjal kurang seimbangnya supply dan demand ini bisa diminimalisir. Karena, sejauh ini terutama di Solo tidak ada aturan tertulis yang mengatur tarif hotel termasuk sanksi jika hotel melakukan aksi banting harga.
Sementara itu, Divisi Hotel Berbintang PHRI Solo, M S U Adjie, mengatakan pertemuan hotel berbintang yang dalam waktu dekat akan digelar PHRI ini lebih pada semacam pembentukan komitmen dan imbauan kepada semua pelaku industri hotel untuk bersama menjaga kestabilan harga atau tarif hotel.
Sekitar tahun 2005, menurut PHRI pernah membuat semacam patokan harga atau tarif hotel tetapi sifatnya tidak mengikat pelaku hotel. Sehingga, sesuai dengan hukum pasar, jika demand minim otomatis banyak hotel yang kemudian menawarkan harga promo dan menurunkan tarif.
haw