Makassar–Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta NU tetap mengedepankan politik keumatan dan kebangsaan dengan cara menjauhkan diri dari godaan politik praktis. Hal ini disampaikan SBY saat membuka Muktamar ke-32 NU.
“NU dapat terus melanjutkan politik keumatan dan kebangsaannya. NU harus tetap malakukan politik adiluhung, bermartabat, dan selalu menjaga dari politik yang tidak beretika,” kata SBY dalam sambutannya di Gedung CCC, Makassar, Selasa (23/3).
SBY menambahkan, dengan cara tetap berpegang teguh kepada khittah 1926, NU tidak akan kehilangan jati dirinya. Dengan cara itulah masa depan NU sebagai jembatan antara Islam dan Barat serta katalisator demokratisasi akan bisa terwujud.
“NU harus dapat kembali ke khittah. Sebab, kepada para ulamalah rakyat dan pemerintah menggantungkan harapan. NU tidak boleh kehilangan jati diri dan tidak boleh meninggalkan kesantunannya. Dan NU memiliki tradisi yang mulia yaitu tidak mudah tergoda dalam politik praktis,” imbuh SBY.
Setelah berpidato, Presiden SBY dengan didampingi Rais Am PBNU KH Sahal Mahfudz, Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi, Menteri Agama Suryadharma Ali dan Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo, secara resmi membuka muktamar NU.
“Dengan mengucapkan bismillah, muktamar ini saya buka dengan resmi,” kata SBY yang dilanjutkan dengan pemukulan bedug.
dtc/rif