Surabaya–PP Muhammadiyah akan menggelar Musyawarah Nasional Majelis Tarjih dan Tajdid di Malang. Acara ini dijadwalkan berlangsung 1-4 April di Universitas Muhammadiyah Malang.
Salah satu yang dibahas dalam musyawarah ini adalah soal waktu Salat Subuh. “Selama ini, Salat Subuh di Indonesia memang terpagi dibandingkan di negara lainnya,” kata Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Syamsul Anwar, seusai bertemu Gubernur Jatim, Soekarwo, Selasa (23/3).
Waktu salat yang terlampau pagi ini, kata dia, dikhawatirkan menjadi salah satu faktor malasnya umat Islam menjalankan Salat Subuh itu.
Di Indonesia, azan Subuh dimulai ketika fajar atau matahari berada 20 derajat di bawah ufuk (titik dimana matahari mulai terlihat). Waktu ini dinilai terlalu pagi jika dibandingkan dengan nagara lainnya.
Syamsul mencontohkan di Maroko. Negara ini, kata dia, memiliki waktu subuh pada saat matahari berada di titik 18 derajat di bawah ufuk. Pun di Mesir, dimana waktu subuh dimulai saat matahari berada di titik 19,5 derajat di bawah ufuk.
Menurut Syamsul, waktu subuh yang dianut Indonesia yaitu 20 derajat di bawah ufuk sebenarnya tidak menyalahi aturan. Sebab, sesuai hukum islam, waktu Subuh memang diantara 20 derajat sebelum ufuk hingga 0 derajat ufuk.
“Tapi kalau waktu salat Suubuh lebih siang mungkin akan lebih banyak yang salat,” ujar Syamsul.
tempointeraktif/fid