Lifestyle
Minggu, 21 Maret 2010 - 21:29 WIB

Pancake ala Jawa yang manis dan gurih

Redaksi Solopos.com  /  Aksara Solopos  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SERABI NOTOSUMAN—Pekerja menyelesaikan pembuatan Serabi Notosuman, di pusat penjualan serabi Jalan Moch Yamin Solo.

Jajanan pasar berbentuk bulat pipih yang satu ini memang khas Indonesia. Bentuknya hampir sama seperti pancake ala Eropa ataupun Amerika. Namun tak serupa dengan pancake yang terbuat dari tepung terigu, bahan utama serabi adalah tepung beras.

Advertisement

Cara memasaknya pun cukup unik, yaitu dicetak dalam pemanggang berbahan tanah liat yang diletakkan di tungku. Cara ini masih dipertahankan oleh banyak pembuat serabi, konon, teknik memasak tradisional seperti ini berpengaruh pada rasa dan tingkat kematangan serabi.

“Memasak serabi harus dengan panas yang stabil. Dengan kompor minyak, panas yang dihasilkan tidak stabil, sehingga serabi tidak merata kematangannya, selain itu bau sisa minyak juga membuat rasa serabi tidak enak,” kata Yohana, generasi keempat pembuat serabi dengan merk dagang Serabi Notosuman.

Advertisement

“Memasak serabi harus dengan panas yang stabil. Dengan kompor minyak, panas yang dihasilkan tidak stabil, sehingga serabi tidak merata kematangannya, selain itu bau sisa minyak juga membuat rasa serabi tidak enak,” kata Yohana, generasi keempat pembuat serabi dengan merk dagang Serabi Notosuman.

Itu sebabnya, hingga sekitar 80 tahun berlalu sejak kali pertama Serabi Notosuman dibuat, teknik memasak dengan tungku dan cetakan tanah liat masih tetap dipertahankan. Lantaran kesetiaan itu pulalah, rasa serabi legendaris asal Solo ini tak pernah berubah banyak dari serabi yang dibuat 80 tahun silam.

Adonan dasarnya juga sederhana yaitu air, tepung beras, gula dan santan. ”Perubahannya hanya pada tambahan bahan cokelat. Lebih dari itu semua masih sama dengan resep nenek,” timpal Yohana lagi.

Advertisement

Yang bikin serabi ini lebih unik adalah kerak tipis berwarna cokelat di bagian pinggir serabi. Rasa dan teksturnya sangat kontras dengan bagian tengah serabi yang lembut, terasa krenyes dengan sedikit aroma hangus khas pemanggang.

Boleh dibilang serabi ini adalah contoh makanan yin dan yang yang menampilkan dua karakter berbeda dalam sebuah kesatuan. Konon, selain karena cara pengolahan yang masih mempertahankan metode tradisional, rahasia kelezatan Serabi Notosuman juga terletak pada komposisi bahan.

Maklum saja, tepung beras yang jadi bahan utama serabi memang tak mudah disandingkan dengan bahan pembuaat kue lainnya. Bukan hanya pilih-pilih teman, tepung beras juga sensitif terhadap perbandingan komposisi bahan. Salah-sedikit saja, serabi bisa terasa keras atau terlalu lembut.

Advertisement

Selain Serabi Notosuman, jenis serabi lain yang tak boleh dilewatkan untuk dijajal yakni serabi yang biasa disebut surabi dari Kafe d’Surabi Jl Adi Sucipto 93 Solo. Berbeda dengan Serabi Notosuman yang lembut dan tipis, ukuran surabi bandung dengan diameter 10 cm tersebut jauh lebih mantap. Teksturnya lebih padat dan kenyal. ”Itu karena adonannya juga kental,” ujar pemilik Kafe d’Surabi, Dwi Romadani.

Yang menarik dari surabi adalah topping yang bervariasi. Jadi, jangan bayangkan di sana hanya akan mendapati serabi dengan setelan meses atau potongan pisang saja. Melainkan Anda akan menemukan serabi yang dibubuhi telur ceplok, sosis, ayam sampai taburan oncom. Tinggal pilih saja topping yang sesuai dengan selera.

Namun, menurut Dwi di antara beragam topping tersebut, tambahan telur ceplok paling banyak digemari. Benar saja, sebab kegurihan surabi telur yang per bijinya dibaderol Rp 3.500 itu memang demikian menyengat. Kelezatannya semakin klimaks, setelah ditambah dengan guyuran mayones yang sudah dikawinkan dengan saus tomat.

Advertisement

Namun, menurut Dwi, surabi buatannya tersebut sudah sedikit melenceng dari pakem resep aslinya.

Sebab, beberapa komposisi bahan sebagai tambahan tepung beras seperti parutan kelapa muda, dan santan porsinya lebih banyak. ”Makanya meskipun tak dibubuhi topping rasanya tetap gurih. Kalau asli resep asalnya sedikit hambar,”

Oleh: Esmasari Widyaningtyas, Fetty Permatasari

Advertisement
Kata Kunci : Tepung Beras
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif