News
Jumat, 12 Maret 2010 - 11:57 WIB

Atasi krisis gas dalam negeri, stop ekspor LNG ke China

Redaksi Solopos.com  /  Arif Fajar Setiadi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta–Guna mengatasi krisis gas yang terjadi di dalam negeri, Pemerintah disarankan untuk mengalihkan kontrak penjualan gas alam cair (Liquid Natural Gas/LNG) Tangguh ke pembeli China, CNOOC, ke tanah air. Opsi ini dinilai lebih baik, daripada pemerintah melakukan impor LNG dari negara lain.

“Jangan sampai kita diketawain anak cucu kita. Ekspor LNG Tangguh ke Cina dengan harga murah, tapi malah mengimpor gas dari Qatar dengan harga yang  mahal,” ujar pengamat perminyakan Kurtubi, Jumat (12/3).

Advertisement

Kurtubi menyatakan, pengalihan kontrak tersebut harus dilakukan jika pihak CNOOC tidak mau memperbaiki formula harga LNG Tangguh. Ia menyebutkan, dengan harga minyak di level USS 80 per USS, LNG Tangguh hanya dijual dengan harga  US 3,35 per mmbtu karena memakai harga flat (tidak mengikuti harga minyak).

Sementara jika dibandingkan dengan LNG Bontang yang dijual ke pembeli asal Jepang, dimana dengan harga minyak yang sama, itu bisa dijual dengan harga US$ 13 per mmbtu. Murahnya harga jual LNG Tangguh ke CNOOC tersebut telah menyebabkan negara merugi hingga Rp 500 Triliun

Dengan harga jual Tangguh ke pembeli asal Cina sekarang, lanjut Kurtubi, pembeli domestik seperti PT PLN (Persero), pabrik pupuk, dan industri  sudah dapat menyerapnya dengan harga yang jauh lebih tinggi dari itu. Ia mencontohkan, gas yang dibeli PLN untuk PLTGU Muara Karang, BUMN listrik tersebut sudah mampu membeli dengan harga US$ 5,5 per mmbtu.

Advertisement

“Untuk itu, pemerintah harus memastikan ke Cina, kalau mereka tidak mau ubah formula harga sebaiknya pemerintah stop pengiriman ke Cina dan dialihkan ke domestik,” ungkapnya.

dtc/rif

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif