Soloraya
Senin, 8 Maret 2010 - 21:27 WIB

Rendah, kebijakan pro perempuan

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solo (Espos)–Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Forum BEM UNS, KAMMI, Forum Bersama Annisa’ LDK UNS, serta sejumlah eleman mahasiswa di Solo menyerukan gerakan anti kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang kerap menimpa perempuan. Seruan yang bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional, Senin (8/3) juga mengingatkan kepada pemimpin agar tetap memperhatikan nasib perempuan dalam setiap kebijakan yang diambil.

Dalam aksi yang digelar di bundaran Gladak tersebut, mereka juga membagi-bagikan seribuan bunga kepada pengguna jalan yang melintas sebagai bentuk solidaritas terhadap perempuan.

Advertisement

“Angka kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terus naik dalam tahun 2009. Ini mengindikasikan masih banyak hak-hak perempuan yang termarginalkan,” kata Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan KAMDA Solo, Fenti Hernawati kepada wartawan di sela-sela aksi.

Menurut Fenti, ada sejumlah permasalahan yang menjadi pemicu KDRT. Salah satunya ialah karena faktor ekonomi. Faktor ini bisa meliputi PHK suami atau kepala keluarga, pengangguran, serta tingginya biaya hidup, sehingga membuat suami bertingkah yang mengarah pada kekerasan.
“Karena stres setelah di-PHK, istri dan anak-anak menjadi korban kekerasan rumah tangga,” paparnya.

Menurut Fenti, saat ini masih banyak kebijakan Pemkot maupun pemerintah pusat yang belum pro terhadap nasib perempuan. Hal itu bisa dilihat dari tingkat partisipasi perempuan dalam segala hal yang masih rendah. “Di kursi DPR, perempuan sangat sedikit. Dalam setiap musyawarah yang bertujuan mengambil kebijakan juga jarang yang melibatkan perempuan,” terangnya.

Advertisement

Aksi juga mengingatkan pentingnya perempuan sebagai pilar sebuah bangsa. Menurut Korlap aksi, Nunik Nurhayati, baik buruknya suatu bangsa ditentukan oleh perempuan.

“Sejarah telah mencatat dengan tinta emas bahwa perempuan telah menorehkan karya gemilang,” pekiknya.

Sayangnya, lanjutnya, banyak juga perempuan yang belum memiliki kesadaran yang tinggi akan potensi yang dimilikinya. Hal itu terlihat dari masih banyaknya kaum perempuan yang menjadi subyek sekaligus objek konsumerisme materi.

Advertisement

asa

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif