Redaksi Solopos.com / Indah Septiyaning Wardani | SOLOPOS.com
Solo (Espos)–PT Askes Solo terpaksa dibikin kerepotan dengan membanjirnya pengguna kartu Askes khusus untuk orang sehat. Pasalnya, meski telah disiapkan jatah sebanyak 12.900 untuk tahun 2009 semester pertama, namun pengguna program tersebut ternyata jauh melampaui kuota yang disediakan.
Akibatnya, ribuan pemegang kartu Askes terpaksa gigit jari lantaran anggaran yang disediakan terbatas. “Biasanya kartu Askes kan hanya dipakai ketika sakit. Namun, ketika kartu Askes untuk orang sehat kami luncurkan, jumlah pemakainnya membludak hingga kuota yang kami sediakan tak cukup,” ujar Kepala PT Askes Solo dr Dwi Martiningsih M Kes kepada wartawan di salah satu rumah makan di Solo, Rabu (27/1).
Dwi menjelaskan, jumlah pemegang kartu Askes di wilayah Solo saat ini mencapai 320.768 orang. Mereka yang ikut Askes di wilayah Solo ialah warga dari Solo, Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar, dan Sragen. “Tiap tahunnya selalu berubah-berubah. Ada yang dicabut ketika sudah habis masa berlakunya. Ada juga yang masuk baru,” terangnya.
Lebih jauh dia melanjutkan, pada semester kedua tahun 2009 lalu, PT Askes hanya memberi kuota sebanyak 4.258 bagi pengguna kartu Askes khusus untuk orang sehat. Sama seperti sebelumnya, pengguna kartu Askes khusus itu juga melampaui kuota yang ditentukan. “Untuk tahun 2010 ini, kami masih merencanakan agar program tersebut tepat mengenai sasaran.
Terutama di pelosok-pelosok desa yang selama ini belum bisa menikmati kartu Askes khusus untuk orang sehat ini,” paparnya.
Syarat-syarat penggunaan kartu Askes khusus orang sehat itu, kata Dwi, ialah orang tersebut harus beruia di antara 40-56 tahun.
Anggaran untuk program Askes kawasan Solo tahun 2009, kata Dwi, mencapai Rp 111 miliard. Dari anggaran tersebut, realisasi penyerapan anggaran sebanyak 83,82%. “Anehnya, anggaran untuk Askes tak malah berkurang. Sebaliknya, terus membengkak. Tahun 2008 lalu, anggaran hanya Rp 73 miliard,” terangnya.
Menurutnya, naiknya anggaran tersebut disebabkan peralatan medis yang kian canggih. Kondisi ini paralel dengan tingkat kenaikan harga pengobatan dan perawatannya. “Semoga bukan karena semakin banyaknya orang sakit,” paparnya.
asa