Redaksi Solopos.com / Indah Septiyaning Wardani | SOLOPOS.com
Salatiga (Espos)--Belasan mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Salatiga, Kamis (28/1), menggelar aksi demo menyikapi 100 hari kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)- Boediono selaku Presiden dan Wakil Presiden RI.
Mereka menilai selama 100 hri memimpin, Kabinet Indonesia Bersatu jilid II yang dibentuk SBY-Boediono jauh dari harapan masyarakat.
Para mahasiswa melakukan longmarch dari kampus STAIN Salatiga sambil membawa bendera HMI dan spanduk-spanduk menuju Bundaran Tamansari yang menjadi landmark Kota Salatiga. Di bundaran, sebagian dari mereka menyempatkan berorasi mengenai kinerja pemerintahan SBY-Boediono yang dari segala aspek masih belum optimal.
Dengan pengawalan polisi yang jumlahnya lebih banyak, para pendemo itu kemudian melanjutkan aksinya menuju Gedung DPRD setempat dengan melintasi Jalan Jenderal Sudirman.
Ketua HMI Salatiga, Wahyu Budi Utomo, mengatakan banyak janji-janji SBY yang diucapkan dalam awal-awal masa pemerintahannya justru berbeda dengan kondisi yang dialami masyarakat saat ini. “Di saat kinerja cabinet belum menunjukkan hasil, rakyat Indonesia disuguhkan berita pembelian mobil mewah untuk menteri dan pejabat tinggi masing-masing Rp 1,6 miliar dan proyek peninggian pagar istana Rp 22 miliar yang semakin menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat,” terangnya.
Kinerja SBY-Boediono dari segi hukum, ekonomi, kesehatan, sosial dan budaya dianggap masih belum optimal. Perlakuan istimewa terdakwa kasus suap, Arthalyta Suryani, di Rutan Pondok Bambu mencerminkan hukum di Indonesia masih karut marut.
Mereka juga menuntut SBY untuk menon-aktifkan Boediono dan Sri Mulyani dari jabatannya.
Di Gedung DPRD mereka diterima oleh Wakil Ketua DPRD, M Fathurrahman yang menyatakan akan berupaya menyampaikan aspirasi mereka kepada pemerintah pusat.
kha