Redaksi Solopos.com / Indah Septiyaning Wardani | SOLOPOS.com
Solo (Espos)–Tekanan pasar domestik yang berdampak pada penurunan omset industri lokal untuk jangka waktu yang belum diketahui masih menjadi kekhawatiran sejumlah kalangan di Soloraya dengan diberlakukannya ASEAN-China Free Trade Area (AC-FTA), kendati beberapa pelaku usaha mengaku optimis menghadapi persaingan dengan China.
Hal ini disampaikan melalui quick assessment Bank Indonesia (BI) Solo terhadap beberapa sektor riil dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Soloraya, yang dilakukan baru-baru ini.
Dalam quick assessment, sejumlah responden seperti Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Asmindo, pedagang di Pasar Grosir Solo (PGS), Pengusaha Batik Kauman, Pedagang Pasar Klewer dan Perusahaan Jamu, kendati menyatakan sanggup bersaing tetapi potensi pengurangan pangsa pasar domestik tidak bisa dihindari. Kemampuan bersaing, disampaikan Pemimpin BI Solo, Dewi Setyowati, karena produk UMKM Soloraya memiliki spesifikasi yang tidak bisa ditiru produk China.
Diketahui, tahun ini persaingan di pasar domestik antara produk sektor riil dan UMKM Soloraya dengan China semakin ketat. Jika dibanding produk Indonesia, harga produk China lebih murah namun kualitas maksimal sama dengan produk domestik.
Dibanding produk luar negeri yang lain, produk China lebih murah tapi kualitasnya lebih jelek. Dengan demikian, produk China dinilai berpotensi menggerus pangsa pasar sektor riil dan UMKM.
haw