Jogja
Senin, 27 Juli 2009 - 10:57 WIB

Tanpa mendengar musik, tuna rungu pun mampu menari

Redaksi Solopos.com  /  Budi Cahyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Puluhan pasang mata tertuju pada aksi delapan siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang tengah membawakan tari Angguk. Perpaduan gerak mereka terlihat serasi dengan alunan musik.

Awalnya, tak ada yang luar biasa dari tarian ini. Sepintas, tarian yang dibawakan seperti yang biasa kerap dipentaskan. Namun, yang membuat seluruh penonton heran saat pembawa acara menyebutkan delapan penari yang membawakan tari Angguk merupakan penyandang tuna rungu. Sulit dibayangkan, orang dengan keterbatasan pendengaran, bisa mengikuti gerak tubuh sesuai irama musik.

Advertisement

Hanya kesabaran, keuletan dan kemauan yang mendorong anak-anak itu bisa membawakan tarian dengan sempurna. Pertunjukan tari di SLB Negeri 1 Kulonprogo ini seolah menegaskan, keterbatasan fungsi tubuh bukan berarti keterbatasan kesempatan berprestasi.

“Tarian Angguk sudah dipertunjukkan pada kegiatan antar sekolah tingkat kabupaten,” kata seorang staf pengajar, Sri Muryati, pada peresmian SLB Negeri 1 Kulonprogo, akhir pekan lalu.

Ia mengatakan, para siswa yang membawakan tari Angguk telah belajar menari sejak dari  bangku kelas tiga sekolah dasar hingga kini menginjak kelas tujuh. Selama itulah gerakan mereka semakin terasah.

Advertisement

Menurut dia, mengajar tari bagi penyandang tuna rungu harus mengandalkan hati dan perasan untuk berkomunikasi. Metode pengajarannya sangat sederhana, namun mudah dimengerti.

Selain menggunakan bahasa isyarat, metode mengajar juga menggunakan bedug untuk memberi ketukan-ketukan pada setiap pergantian gerakan. “Meski mereka tidak bisa mendengar, namun suara bedug dapat merangsang vibrant kulit mereka kemudian dialirkan ke hati,” katanya menjelaskan.

Keasyikan menari ini juga yang mendorong Wiwik Haryati (14), seorang siswa SLB bercitacita  ingin menjadi penari kelak. “Jika diperbolehkan, saya ingin terus menari hingga nanti saya besar,” katanya melalui bahasa isyarat yang diterjemahkan oleh guru pembimbingnya, Theresia  Mardiyati. (Victor Mahrizal)

Advertisement

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif