Soloraya
Rabu, 30 Desember 2009 - 20:42 WIB

Jamasan Kiai Rajamala kurang menarik perhatian warga

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solo (Espos)–Jamasan Kiai Rajamala oleh Komite Museum Radya Pustaka Solo, Rabu (30/12) pagi, tampaknya tidak begitu menarik perhatian warga atau peng-ngalap berkah. Guliran kedua tradisi kejawen tersebut hanya mampu menyedot perhatian sekitar 25-an warga.

Jumlah penonton sebanyak itu lebih sedikit dibandingkan penyelenggara dan personel keamanan yang dilibatkan. Untuk prosesi jamasan, penyelenggara mengerahkan 36 orang yang kebanyakan merupakan abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta. Jumlah tersebut belum termasuk personel kepolisian dan Satpol Pamong Praja (PP) yang mencapai belasan orang.

Advertisement

Ketua Komite Museum Radya Pustaka Solo, Winarso Kalinggo, saat ditemui wartawan mengakui terjadi penurunan jumlah penonton jamasan Kiai Rajamala. Menurutnya, kondisi tersebut lebih disebabkan waktu penyelenggaraan pada hari kerja. Sebab sosialisasi agenda jamasan diklaim telah mencukupi. “Ya karena bukan pada hari libur, tidak karena kurangnya sosialisasi,” ujarnya.

Sementara prosesi jamasan Rajamala sendiri berlangsung sederhana namun khidmat. Begitu Sang Kiai diusung menuju meja di bagian depan museum, belasan anggota Grup Santo Swaran sontak menembangkan lagu khusus berbahasa Jawa.

“Rajamala..Rajamala sikile sewu…Rajamala sikile sewu…,” demikian cuplikan syair tembang yang mampu memberikan nuansa sakral.

Advertisement

Setelah kain putih penutup dibuka, sejumlah abdi dalem keraton dipimpin sang ulama, KRT Pujo Dipuro, langsung melakukan jamasan menggunakan air campuran dari tempuran Sungai Bengawan Solo dan Umbul Pengging, Boyolali. Dan lagi-lagi tembang berbahasa Jawa mengalun pelan mengiringi tahapan ini. Tapi kali ini tembang berjudul Syahadat Quraisy dialunkan oleh para penjamas.

Seperti halnya prosesi jamasan pusaka, ada saja warga yang ngalap berkah. Begitu juga dengan jamasan Kiai Rajamala yang merupakan hiasan haluan perahu yang dibuat pada masa Pemerintahan Susuhunan PB IV.

Beberapa ibu-ibu golongan lanjut usia (Lansia) terlihat serius mengumpulkan bunga dan air bekas jamasan Rajamala. Lalu, air dan bunga tersebut dibasuhkan ke wajah dan beberapa bagian tubuh.

Advertisement

Sementara berdasar informasi, selain Kiai Rajamala, komite melakukan jamasan tujuh pusaka koleksi museum terdiri tiga tombak, dua kudi dan dua keris. “Kami akan masukkan jamasan Rajamala dalam kalender event 2011. Sayang, kalender tahun 2010 sudah penuh,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Solo, Purnomo S, yang hadir dalam kegiatan tersebut.
kur

Advertisement
Kata Kunci : Jamasan Pusaka
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif