Pada saat belok, truk pengangkut tebu selalu berjalan pelan. Nah, pada saat berjalan pelan itulah biasanya ada beberapa anak seusia SMP yang naik ke atas bak truk untuk mengambil beberapa batang tebu, lalu turun lagi sebelum truk berjalan cepat.
Suatu sore, Jon Koplo dan Tom Gembus mulai menjalankan aksinya ketika ada truk tebu yang lewat. Seperti biasa, ketika truk berjalan lambat, dengan sigap dua bocah ini nggandhul di bak belakang truk. Kemudian dengan cekatan tangan mereka mengambil beberapa batang tebu. Setelah itu Gembus siap-siap akan turun.
”Ayo, Plo! Ndang mudhun, trek-e selak banter!” ujar Gembus sambil melompat turun.
”Sik, siji meneh, Mbus!” kata Koplo sambil berusaha mengambil satu batang tebu lagi. Bersamaan dengan itu, tiba-tiba truk langsung tancap gas dan melaju semakin cepat ke arah barat, sementara Koplo masih nggandhul di bak belakang truk.
”Matrih aku cah! Bantere kok kaya jet ngene. Gek iki mengko medhune piye?” batin Koplo ketakutan sambil berpegangan erat di bak truk.
Ia berharap truk akan melambat di daerah Jajar atau Karangasem, agar bisa anjlok turun dari truk. Tetapi hingga Paulan, truk terus melaju dengan kecepatan penuh. Koplo hanya bisa pasrah, wajahnya pucet.
Akhirnya daripada anjlok tapi babak bundhas, Koplo terus nggandhul di bak belakang truk sampai di depan PG Colomadu. Dan pulangnya, Jon Koplo terpaksa berjalan kaki di tengah kegelapan malam.
Oleh : Kiriman Krisnanda Theo, RT 04/RW XIX No 15B, Mojosongo, Solo