Soloraya
Rabu, 25 November 2009 - 01:24 WIB

Ratusan los di Pasar Nusukan mangkrak

Redaksi Solopos.com  /  Indah Septiyaning Wardani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solo (Espos)– Kian sepinya pasar-pasar tradisional di Solo bukan isapan jempol belaka. Di Pasar Nusukan Banjarsari, sejak dua tahun lebih ini para pedagangnya banyak yang eksodus ke pasar lainnya yang dinilai masih menjanjikan.

Akibatnya, sebanyak 32 kios melompong tak berpenghuni dan 280 los lainnya juga bernasib sama, kosong. Wakil Lurah Pasar Nusukan, Yulius Dede CP mengaku sudah kehabisan akal untuk mengembalikan citra pasar yang pernah terbakar tersebut kembali ramai.

Advertisement

Bahkan, sejumlah seniman dari Institut Seni Indonesia (ISI) juga kerap didatangkan untuk menyemarakkan suasana pasar tersebut. “Namun ya tetap sepi,” ujarnya ketika ditemui Espos di ruang kerjanya, Selasa (24/11).

Menurut Dede, sapaan akrabnya, salah satu foktor utama penyebab sepinya Pasar Nusukan ialah karena adanya pengalihan arus tranportasi umum yang semula turun di kawasan Pasar Nusukan kini beralih ke Pasar Legi sejak 2,5 tahun lalu.

Kebijakan pengalihan itu diambil lantaran kerap terjadi kemacetan pasca kobongan di pasar tersebut. Padahal, para penumpang kendaraan yang biasa turun di sana kebanyakan berasal dari luar Solo.

Advertisement

Namun, setelah Pasar Nusukan direvitalisasi dan telah beroperasi hampir tiga tahun, ternyata arus lalu lintas tak kunjung dikembalikan.  Bahkan, menurut catatan Dede, jumlah pengunjung anjlok mencapai di atas 50% pascarevitalisasi.

Dede menyebutkan, total kios Pasar Nusukan sebanyak 117 unit dengan jumlah los sebanyak 666 los. Dari jumlah tersebut dikurangi los dan kios yang masih kosong, retribusi yang berhasil dihimpun tiap harinya rata-rata mencapai Rp 750.000 per hari.

Sebelumnya, Pasamuah Pedagang Pasar Tradisional Surakarta (Papatsuta) juga pernah melemparkan kritik terhadap keberadaan 38 pasar tradisional se-Solo yang sebagian pasar kondisinya kian sepi pasca revitalisasi. Menurut kajian Papatsuta, kondisi tersebut dipicu oleh pembangunan pasar yang hanya mengedapankan program dan demi mengejar pendapatan asli daerah (PAD) sebanyak-banyaknya.

Advertisement

Namun, kepentingan para pedagang yang menempati pasar selama bertahun-tahun itu, justru banyak yang diabaikan. “Akhirnya, banyak pedagang yang lari dan mencari lokasi lain yang bisa untuk berjualan. Karena, setelah direvitalisasi banyak pedagang yang dirugikan dengan model dan penempatan lokasi pasar,” papar Humas Papatsuta, Faizul Kirom.

asa

Advertisement
Kata Kunci : Los Pasar Nusukan
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif