News
Sabtu, 7 November 2009 - 20:39 WIB

Ribuan hektare sawah dan tambak di Sultra tercemar merkuri

Redaksi Solopos.com  /  Indah Septiyaning Wardani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi


Kendari–
Ribuan hektare sawah dan areal tambak udang serta ikan di Kecamatan Lantari Jaya dan Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), terancam pencemaran logam berat jenis Merkuri (Hg).

Direktur Walhi Sultra, Hartono, di Kendari, Sabtu (7/11), mengatakan, logam berat berbahaya yang mengancam lahan padi sawah dan areal tambak petani itu diduga pencemaran dari kegiatan penambangan emas di hulu Sungai Langkowala dan anak sungai Wumbubangka yang menggunakan Hg.

Advertisement

“Kalau hulu Sungai Longkowala dan anakan sungai lainnya tercemar logam berat Hg dipastikan mengacam keselamatan ribuan hektare persawahan dan tambak karena airnya mengalir ke muara,” kata Direktur Walhi Hartono.

Luas areal tambak udang dan ikan di Kecamatan Lantari mencapai 900 Hektare dan luas lahan padi sawah di Lantari Jaya dan Rarowatu Utara sekitar 5.000 hektare. Pencemaran logam berat terungkap dari hasil penelitian dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Haluoleo (Unhalu), Emiarti.

Dosen Emiarti yang mengambil sampel di sejumlah titik bantaran Sungai Langkowala dan bendungan irigasi Langkowala menemukan kandungan logam berat mencapai 0,9 miligram (mg) per liter.

Advertisement

Sementara, batas toleransi sekitar 0,003 mg/liter dan memenuhi syarat konsumsi manusia 0,002 mg/liter. Oleh karena itu, Walhi mengimbau Pemprov Sultra, Pemkab Bombana dan pihak terkait agar menyikapi dengan serius ancaman pencemaran sebelum menimbulkan akibat fatal.

“Walhi menduga penggunaan logam berat tersebut sudah berlangsung sejak lama tetapi tidak memiliki kompetensi untuk mengungkapnya. Investor maupun pendulang emas tradisional diimbau tidak menggunakan Merkuri karena akan  menimbulkan bencana yang lebih besar,” katanya.

Ia menambahkan puluhan orang yang meninggal dengan keluhan sakit perut patut diduga karena mengkonsumsi air yang diolah dari sekitar aliran Sungai Langkowala yang sudah tercemar logam berat Merkuri.

Advertisement

“Batas toleransi air mengandung Merkuri 0,003 mg/liter  dan air dapat dikonsumsi manusia dengan kadar 0,002 mg/liter. Artinya, kalau melebihi batas toleransi akan membahayakan,” katanya.

ant/isw

Advertisement
Kata Kunci : Merkuri
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif