Boyolali (Espos)–Sejumlah petani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Marsudi Mulyo Desa Tawangsari, Kecamatan Teras menggeruduk pekerja proyek pembangunan saluran irigasi di Desa Krasak, Rabu (21/10).
Menurut para petani, disebabkan proyek tersebut, dua pekan terakhir mereka kesulitan mendapatkan pasokan air. Dengan mengendarai sepeda motor, sejumlah perwakilan petani mendatangi proyek pembangunan saluran irigasi di Desa Krasak.
Sesampai di lokasi, sejumlah petani memarahi para pekerja yang tengah mengerjakan pembangunan saluran irigasi sepanjang 180 meter. Petani menilai kesulitan air yang mereka rasakan dua pekan terakhir akibat ulah para pekerja menutup pintu irigasi.
“Pantas saja dua pekan ini saya tidak dapat air, lha wong pintu air ditutup,” kata salah satu petani yang ikut mendatangi lokasi proyek, Pono Suwito, 60.
Menurut ia, akibat sama sekali tidak mendapatkan kucuran air irigasi, tanaman padi miliknya yang baru berumur 45 hari di lahan seluas satu hektare, terancam tak dapat menumbuhkan bulir padi secara maksimal.
Didatangi dan dimarahi para petani, para pekerja yang terdiri atas pria dan wanita hanya terdiam dan menghentikan sejenak pekerjaan. Tak hanya itu, salah satu petani kemudian berinisiatif mendatangi dan membuka pintu air yang berada di ujung saluran.
Suasana sedikit mencair, setelah mandor proyek, Minto, 55, menjelaskan duduk persoalan.
Menurut pria bertubuh jangkung tersebut, penutupan pintu irigasi bertujuan mengurangi aliran air agar tidak mengikis proses penaburan semen pada dinding saluran irigasi.
“Jadi sama sekali tidak ada tujuan mempersulit petani mendapatkan air,” terangnya di hadapan para petani.
Penutupan itu, menurut Minto, juga bukan inisiatif para pekerja, melainkan atas permintaan petani Desa Krasak.
dwa