Soloraya
Rabu, 21 Oktober 2009 - 22:30 WIB

Dua warga korban gempa DIY meninggal terserang penyakit dicubitus

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solo (Espos)–Persoalan serius pasca gempa yang mengoyang Yogyakarta-Klaten 2006 lalu serasa tak kunjung berakhir. Bahkan, sejumlah penyandang cacat akibat musibah tersebut kini banyak yang terlunta lantaran minimnya perhatian dari pemerintah.
“Pemerintah menyangka bahwa selesai gempa, selesai pula persoalannya. Padahal, persoalan serius tentang manusia-manusia cacat justru mulai bermunculan. Ini yang kami sesalkan, kenapa pemerintah tak tanggap,” ujar pendamping para penyandang cacat korban gempa Klaten, Dyah Ayu ketika ditemui Espos di RSO Dr R Soeharso, Kartasura, Rabu (21/10).

Ayu yang juga pegiat LSM Interaksi menyatakan bahwa saat ini para penyandang cacat yang jumlahnya mencapai ratusan orang itu tengah terancam penyakit dicubitus, sejenis penyakit luka tekan yang merongrong tubuh pasien. Penyakit ini, kata Ayu, bahkan sudah menelan dua korban jiwa di Kecamatan Prambanan dan Kacematan Trucuk Agustus 2009 lalu.
“Korban tersebut adalah pasien yang telantar karena tak ada perhatian. Tubuhnya terdapat lubang akibat luka dan dimakan ulat, mereka adalah Endang dan Yogi,” paparnya.

Advertisement

Lebih jauh, terangnya, penyakit dicubitus disebabkan oleh kebiasaan dan pola hidup warga yang tak kurang sehat dalam merawat luka dan cidera akibat gempa. Sehingga, luka tersebut hari demi hari terus merongrong tubuh pasien hingga ditumbuhi lalat.

“Jumlah korban gempa yang cidera cukup banyak, kami memiliki keterbatasan tenaga untuk memantau mereka setiap hari. Padahal, jika kebiasaan hidup mereka buruk, maka berakibat pada cidera yang dideritanya itu,” paparnya.

Minimnya perhatian dari pemerintah selama ini, kata Ayu, selain rentan terserang penyakit dicubitus, juga berdampak pada ambruknya ekonomi, psikologi, bahkan pada hal yang paling vital yakni tingkat kemandirian pasien. Masa depan mereka, kata Ayu, juga suram baik pendidikan anak-anaknya, kesehatannya, hingga ekonominya.

asa

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif