Dengan penuh rasa kemrungsung Koplo buru-buru adus bebek, pakai seragam safari lungset, dandan sekenanya, dan tanpa sarapan, langsung nyetater mobilnya.
Di sepanjang perjalanan Jon Koplo dibuat heran. Mendadak hari itu semua orang ramah kepadanya, tertawa, atau minimal tersenyum tanpa ia ketahui apa penyebabnya.
Sampai di sekolahan pun, perhatian para siswa dan orangtua calon siswa tertuju ke arahnya.
”Apa hari ini aku tampak ganteng ya, padahal cuma adus bebek,” batinnya menganggap semua orang mengaguminya.
Dengan langkah digagah-gagahke, begitu keluar dari mobil, dengan PD-nya ia mendekati teman-teman guru. Tetapi teman-temannya malah pada ngguyu ngakak. Koplo mulai merasa ada yang tidak beres pada dirinya. Ia pun langsung menuju cermin. Dilihatnya baju, celana, sepatu, semua, tak ada yang aneh. Judheg campur jengkel, Koplo bertanya pada Pak Tom Gembus, guru agama yang terkenal jujur dan sudah senior.
”Coba, sawangen mobilmu kae!” tunjuk Pak Gembus.
Koplo langsung kaget, ”Ya ampyuuuun…!!! Ternyata
di atas kap mobil Koplo masih nangkring dengan manisnya, tampah berisi nasi aking, gereh dan celana kolornya yang ditindihi batu bata!
”Oalah, iki mesti gaweyane Simbok,” gerutu Koplo sambil memasukkan tampah ke dalam mobil diiringi tawa puluhan orang. Kiriman Bambang Setiyawan, Semanggi RT 04/RW XXI, Pasar Kliwon, Solo 57117.