Jakarta–Indonesia bakal mengalami ledakan penduduk hingga 255 juta jiwa pada 2015, jauh dari target jumlah penduduk 237,8 juta jiwa jika kondisi pertumbuhan penduduk tetap seperti saat ini.
“Kalau dukungan terhadap Keluarga Berencana (KB) masih seperti saat ini, maka pada 2050 jumlah penduduk bahkan bisa membengkak jadi 330 juta jiwa dari target 255 juta jiwa,” kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sugiri Syarief, di sela peringatan Hari Kontrasepsi Dunia, di Jakarta, Kamis (8/10).
Menurut dia, dukungan terhadap penggunaan KB nasional saat ini tidak terlalu baik seperti di masa lalu, di mana anggaran yang dialokasikan bagi kontrasepsi gratis saat ini terbatas.
Ia menyebut angka Rp 350 miliar untuk kontrasepsi gratis pada 2009 bagi orang miskin yang jumlahnya sekitar 30 persen (12,5 juta jiwa) dari 42 juta pasangan usia subur.
Alat kontrasepsi gratis itu, menurut dia, belum memadai untuk mencapai target pertumbuhan penduduk yang seharusnya terus ditekan sehingga bisa seiring dengan daya dukung nasional lainnya.
Pada 2009, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 230 juta jiwa, di peringkat keempat setelah China 1,34 miliar, India 1,19 miliar, Amerika Serikat 315 juta jiwa, dan berada di atas Brasil yang jumlah penduduknya 194 juta jiwa.
Karena itu, Sugiri mengajak masyarakat yang membutuhkan kontrasepsi agar segera mendapatkannya, meskipun pemerintah menyediakan kontrasepsi gratis hanya bagi warga miskin.
Ia mencontohkan, dari prediksi jumlah penduduk Indonesia pada 2000 sebanyak 285 juta jiwa, dengan kontrasepsi bisa tercegah menjadi tinggal 205 juta jiwa.
Sedangkan pada 2009 yang seharusnya angka jumlah penduduk mencapai 330 juta jiwa, dengan kontrasepsi bisa dicegah tinggal 230 juta jiwa.
Sugiri mengatakan, pihaknya menargetkan pada 2009 pertumbuhan penduduk hanya 1,3 persen, namun soal keberhasilannya masih menunggu Sensus Penduduk sepuluh tahunan pada tahun 2010.
Dengan jumlah penduduk yang besar, pasangan usia subur yang juga merupakan usia produktif, mendapat beban yang berat dan semakin diperparah dengan tingkat ketergantungan yang terlalu besar dari kelompok usia lainnya.
Namun ia juga mengatakan, pada 2020-2030 rasio ketergantungan mencapai titik terendah yakni 44 per 100 penduduk. Kondisi ini hanya terjadi sekali dalam sejarah karena setelah itu proporsi penduduk lansia terus meningkat.
ant/fid