Wonogiri (Espos)–Lahan pertanian seluas 400 Hektare (ha) di Selogiri terancam kekeringan menyusul ditutupnya Dam Colo pada Bulan Oktober. Lantaran kurang air sebagian lahan dibiarkan bera atau tidak ditanami.
Menurut Camat Selogiri, Bambang Hariyanto, pada musim kemarau lahan pertanian di Selogiri kekurangan pasokan air. Dia mengatakan, penutupan Dam Colo per 1 Oktober tersebut menjadikan 400 ha lahan pertanian terancam kekeringan, padahal saluran itu digunakan untuk memenuhi pasokan air di Selogiri. Lebih lanjut, untuk mengantipasi kekurangan air petani mengupayakan sumur pantek guna memenuhi kebutuhan air. “Beberapa daerah sudah masa panen, kekurangan air dapat berdampak pada hasil pertanian,” jelasnya ketika dihubungi Espos, Minggu (4/10).
Dia mengatakan, penutupan Dam Colo karena tahap perbaikan tersebut diperkirakan selama satu bulan. Menurutnya, karena pasokan air yang berkurang hal itu akan berdampak pada hasil pertanian, diperkirakan menyusut sekitar 10%. Namun, bagi petani yang mulai menanam padi tepat pada bulan Juli hasil pertaniannya tidak mengalami kendala. “Jika mereka menanam pada bulan Agustus, hasil panen diperkirakan akan menyusut karena pertumbuhan tanaman tidak maksimal,” jelasnya.
Lebih lanjut dia menambahkan, lahan yang tidak teraliri maupun diupayakan secara mandiri oleh petani dengan sumur pantek sebagian di antaranya dibiarkan bera. Hal itu dimaklumi karena untuk membiayai pengairan membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dia mengatakan, biasanya petani menunggu musim hujan untuk mulai masa tanam (MT) ketiga.
“Belum dapat diperkirakan berapa lahan pertanian yang dibiarkan bera atau tidak ditanami, karena menunggu musim penghujan,” jelas dia.
das