Menjelang buka, Koplo segera berangkat ke Mojosongo, tempat di mana acara itu diadakan. Setiba di sana, azan Magrib pun tak lama kemudian berkumandang. Para tamu undangan, tak terkecuali Jon Koplo, langsung dipersilakan oleh beberapa pelayan untuk mengambil sendiri-sendiri es kolak dan memilih snack yang sudah disediakan.
Sambil duduk menikmati segarnya es kolak, Koplo sempat melirik ke arah meja besar di sudut yang di atasnya ditata setumpuk piring, sebuah bakul nasi besar, dan beberapa hidangan yang serba enak.
Selesai berurusan dengan es kolak dan snack-nya, dengan penuh percaya diri Koplo bangkit berdiri menuju ke meja besar yang ada di sudut tadi. ”Mumpung masih sepi, daripada nanti suk-sukan,” batin Koplo.
Dengan penuh rasa kemecer yang tak tertahankan, Jon Koplo mengambil sendiri nasi dari bakul, lalu mengambil sayur dan lauk pauk yang dia sukai.
Tiba-tiba seorang pelayan mendekati Jon Koplo dan berbisik pelan, ”Maaf, Mas, sebelum dipersilakan makan, para tamu diharapkan ikut Salat Magrib berjamaah dulu yang akan diimami Pak Gembus sendiri.”
Koplo langsung menoleh ke sekeliling. Dilihatnya para tamu lain pada antre wudu dan tak ada satu pun yang menuju ke meja prasmanan tempat di mana dia sedang berdiri nyenil sendiri sambil memegang sepiring nasi sak lauk pauknya. Memang benar tak ada yang menertawakannya. Tapi beberapa tamu tampak melirik ke arah Koplo sambil saling klesak-klesik. Duuuh, malunya… minta ampyun! Kiriman Jordan Garlan, Cengklik RT 04/RW 20, Solo.