Entertainment
Rabu, 30 September 2009 - 19:47 WIB

Pameran ekspose media di Monumen Pers

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solo (Espos)–Ada tiga tokoh tempo dulu yang terkenal dipanggil “Bung”. Mereka ialah Bung Karno, Bung Hatta, dan Bung Tomo. Kisah perjuangan ketiga “Bung” itu adalah gambaran betapa para pemuda tempo dulu dipenuhi oleh semangat nasionalisme yang menyatu dengan intelektualitas.

Simak saja, bagaimana kisah Bung Tomo muda yang selalu memekikkan takbir di awal pidato revolusinya. Saking heroiknya, pidato Bung Tomo selalu mengilhami para kiai di Jawa Timur bersama ribuan santri dan arek-arek Suroboyo menggempur tentara Belanda. Begitu pun kisah Bung Karno muda yang menelorkan gagasan Indonesia Menggugat.

Advertisement

Naskah yang sebenarnya isi pidato pembelaannya di hadapan majelis hakim kolonial Belanda tahun 1930 itu, mungkin tak sekedar layak disebut manuskrip bersejarah. Namun, juga bukti otentik bahwa pemuda yang berusia 29 itu adalah sosok intelektual pemberani, kritis, dan dipenuhi semangat antipenjajahan dan anti kemapanan. “Padahal, pada tahun itu akses pengetahuan sangat terbatas yang tak jarang harus mendekam di balik jeruji penjara,” komentar HS Soemaryono, Wakil Ketua Dewan Harian Cabang (DHC) 1945 Solo saat menyimak pemeran ekspose media di Gedung Monumen Pers Solo, Rabu (30/9).

Menyimak pameran bertema Peran Pemuda, Pelajar, Mahasiswa Tempo Doeloe Untuk Indonesia Sekarang Dan Yang Akan Datang itu, kenangan kita akan diajak menelusuri kisah keberanian para pemuda tempo dulu mengoyak penjajah. Kisah-kisah perjuangan mereka memang tak akan terbaca hingga kini tanpa kegigihan para jurnlis tempo dulu dalam menulis. Dan Indonesia Menggugat hanyalah satu di antara ratusan dan bahkan ribuan isi pidato Bung Karno yang terekam apik dalam media massa kala itu.

“Maksud dan tujuan penyebaran isi pidato itu tentu saja untuk membakar semangat para pemuda dalam melawan kolonialisme Belanda,” papar Slamet Haryono, Kepala Monumen Pers Solo.
Semua tahu, Indonesia Menggugat mengkritik pedas pasal-pasal karet dalam produk hukum Belanda yang subyektif. Dan Indonesia Menggugat menolak segala bentuk dominasi asing dan raksasa kapitalisme di bumi pertiwi ini.
asa

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Kata Kunci : Media Pameran
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif