News
Minggu, 27 September 2009 - 15:25 WIB

Perayaan tradisi Syawalan di Pekalongan ricuh

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Pekalongan–Perayaan tradisi Syawalan di Kelurahan Krapyak, Kota Pekalongan, Jawa Tengah, Minggu (27/9) siang berlangsung ricuh karena pengunjung saling dorong untuk mendapatkan kue lopis raksasa yang diyakini warga bisa mendapatkan berkah.

Tidak ada korban jiwa dalam kericuhan saat perayaan tradisi yang digelar setiap sepekan setelah Lebaran itu. Namun sebagian pengunjung kecewa karena tidak mendapatkan kue lopis itu.

Advertisement

Ratusan pengunjung yang sudah menunggu sejak Minggu (27/9) pagi ini, semula dalam kondisi tenang dan tertib tetapi setelah upacara selamatan selesai, ratusan warga saling berebutan untuk mendapatkan kue lopis itu.

Aksi dorong-mendorong ini dapat mereda setelah panitia dan petugas keamanan berusaha menenangkan warga agar antre dan tertib. Kue lopis dengan berat 976 kilogram, tinggi 165 sentimeter, dan diameter 78 sentimeter tersebut merupakan simbol perayaan tradisi Syawalan yang setiap tahunnya di gelar di Kelurahan Krapyak, Kota Pekalongan.

Wali Kota Pekalongan, Basyir Achmad dalam sambutannya mengajak masyarakat agar perayaan tradisi Syawalan dengan pemotongan kue lopis itu dapat dijadikan sebagai pemersatu umat.

Advertisement

“Tradisi ini merupakan salah satu ajang tali silaturahmi antara masyarakat Kota Pekalongan maupun luar kota yang digelar setiap sepekan setelah Lebaran,” katanya.

KH Zaenudin Ismail, tokoh masyarakat setempat meminta kepada masyarakat agar tidak
mengkultuskan kue lopis raksasa ini.

“Tolong jangan dikultuskan karena kue lopis itu hanya sebagai simbol eratnya hubungan antarmanusia dengan cara silaturahmi. Jadi lopis itu tidak ada hubungannya dengan jodoh seseorang atau mendapatkan rezeki,” katanya.
Ant/tya

Advertisement

Advertisement
Kata Kunci : Syawal Warga
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif