Soloraya
Sabtu, 26 September 2009 - 20:22 WIB

Rela bertahan 10 jam di dalam rangkaian KA

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solo (Espos)–Hari masih gelap. Namun, Ny Sunaryo bersama ketiga puteranya telah berangkat membelah kabut subuh ke Stasiun KA Jebres Solo.

Sambil menggendong seorang bayi berusia tiga tahun, tangan kanan perempuan asal Matesih Karanganyar itu menjinjing kardus yang diikat tali rafia.

Advertisement

Ia berangkat tak didampingi suaminya. Ia hanya berbekal keberanian sambil berharap lekas tiba di Stasiun KA demi tiga lembar tiket KA jurusan Jakarta.

“Suami masih ngejar setoran sebagai sopir. Nanti katanya menyusul kalau sudah selesai kerja,” ujarnya saat berbincang dengan Espos di Stasiun KA Jebres, Sabtu (26/9).

Advertisement

“Suami masih ngejar setoran sebagai sopir. Nanti katanya menyusul kalau sudah selesai kerja,” ujarnya saat berbincang dengan Espos di Stasiun KA Jebres, Sabtu (26/9).

Ny Sunaryo tiba di stasiun kelas ekonomi Jebres, Solo sebelum loket dibuka. Namun, ia sabar menanti demi momen Lebaran bersama keluarganya di Jakarta. Kesabaran Ny Sunaryo ternyata masih diuji lagi.
Karena, KA Senja Bengawan yang bakal jadi tumpangannya itu baru merayap senja hari sekitar pukul 16.45 WIB.

“Tak apalah menanti lama, daripada nanti tak dapat kursi. Kasihan kan anak-anak kalau selama perjalanan ke Tanah Abang harus berdiri,” ujarnya.
Alhasil, Ny Sunaryo dan ketiga puteranya itu terpaksa menikmati lamanya penantian di dalam rangkaian gerbong KA selama 10 jam.

Advertisement

Salah seorang warga asal Jaten, Karangnyar, Waluyo, malah terpaksa harus menggelar koran di lantai di dalam kereta barang.

“Semua kursi sudah terisi sejak tadi siang. Lesehan juga nggak apa-apalah. Sama nikmatnya kok,” ujarnya seraya mengulas senyum ikhlas.

Pria setengah baya itu pun memilih klekaran di atas lembaran koran sambil menanti KA Senja Bengawan berangkat.

Advertisement

“Demi kerja, ya harus dilakoni begini,” sahutnya.
Ny Sunaryo dan Waluyo barangkali adalah potret masyarakat kecil yang terpaksa memilih kereta murah sebagai alat tranportasi. Meski harus berpeluh, berdesakan, dan berbaur dengan sampah dan aroma pesing kamar kecil, namun bagi mereka hal itu telah menjadi bagian hidup keseharian mereka.

“Naik sepur ekonomi itu karena murah saja kok. Cukup beli tiket Rp 37.000 saja, sudah sampai Jakarta,” sahut penumpang lainnya, Irham.

Mungkin, karena murah itulah jumlah penumpang KA pada arus balik selalu mengalami ledakan. Bahkan, karena banyaknya penumpang yang naik KA sebelum pemberangkatan, petugas stasiun pun dibikin pusing tujuh keliling.

Advertisement

“Lha kereta kan masih kotor dan harus dibersihkan dulu, ternyata sudah dipenuhi penumpang. Mau meminta mereka turun, takut nantinya malah dikira apa,” ujar Kepala Stasiun Jebres, S Triyanto.

asa

Advertisement
Kata Kunci : Bertahan Di Dalam Gerbong
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif