Tanpa disangka ia ketemu teman lamanya, Tom Gembus yang kebetulan salah satu panitia muda-mudi di kampung itu. ”Lho Plo! Kamu kok di sini?” Tom Gembus kaget.
”Aku pemain di stan gua hantu, yang jadi pocongan,” jawab Koplo bangga.
”Apa kamu nggak takut kalau ketemu hantu beneran?” Gembus berkelakar.
”Siapa takut? Hantu itu sudah jadi temanku,” jawab Koplo gojeg.
Saat keduanya ngobrol, ternyata yang beli tiket masuk gua hantu sudah banyak. ”Mbus, aku tak jadi pocongan dulu ya?!” pamit Koplo, sementara Gembus masih berdiri di situ sambil mengamati gambar-gambar hantu di dinding stan.
Baru beberapa menit, tiba-tiba ada pocongan berlari keluar sambil girap-girap ketakutan. Yang antre karcis pun jadi heran, ”Apa ini bagian dari pertunjukan?” tanya mereka.
Tom Gembus yang tahu kalau yang jadi pocongan itu Jon Koplo kontan lari mengejar. ”Hei, Plo…! Berhenti! Ada apa?” tanya Gembus sambil memegang tangan Koplo.
”Mbus, bener omonganmu! Ketika aku masuk tadi, ternyata di dalam sudah ada pocongan asli! Hantu beneran! Hiii…!” Jon Koplo ngoplok, wajahnya pucat.
”Tadi kamu bilang nggaktakut? Katanya hantu sudah jadi temanmu? Atau, jangan-jangan itu temanmu yang ngganti posisimu karena kamu tadi nggak ada?”
”Nggak ada, Mbus. Yang jadi pocongan ya cuma aku!”
Di sekitar stan pengunjung mengerumuninya. Malah ada yang nyeletuk, ”Oalah, hantu kok takut hantu!”
”Mas, apa sampeyan ndak kula nuwun dulu sama yang mbaureksa kuburan itu?” seorang bapak menegurnya.
”Mboten Pak. Lha niki namung dolanan kok.”
”Makanya, masuk di tempat lain itu harus permisi dulu sama yang mbaureksa. Hantu juga punya aturan, Mas!” terang bapak itu.
Jon Koplo yang masih berkostum pocongan cuma bisa cengar-cengir menahan malu dikerumuni penonton yang pada pating cekikik menertawakan. Kiriman Nur Taufiq, Sanggrahan RT1/RW 21, Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo.