News
Sabtu, 19 September 2009 - 13:44 WIB

Jamaah An-Nadzir laksanakan Salat Idul Fitri

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Gowa–Komunitas Jemaah An-Nasir di Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel), Sabtu, melaksanakan Shalat Idul Fitri 1430 H yang menandai Hari Raya Lebaran.

Sekitar ratusan orang jamaah An Nazir melaksanakan Shalat Idul Fitri di lapangan pemukiman mereka yang berada di Kampung Butta Ejayya, Kelurahan Romang Lompoa, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa.

Advertisement

Pimpinan jamaah An-Nasir, Ustad Lukman A. Bakti yang menjadi Iman Shalat Id yang berlangsung dengan hikmat, dimana air mata dari ratusan jemaah berderai usai Ustad Lukman menutup khotbahnya, yang kemudian disambut salaman meminta maaf dan saling berpelukan.

“Jemaah kami bukan orang sembarangan yang melaksanakan Shalat Idul Fitri. Kami melihat berdasarkan tanda-tanda alam dan penelitian mendasar yang dilakukan oleh anggota jemaah An-Nadzir,” kata pimpinan jemaah yang diklaim memiliki anggota 10 ribu orang yang tersebar di seluruh indonesia, Malaysia dan Singapura.

Dia menjelaskan, penentuan bulan syawal diketahui dengan tiga metode hilal, yaitu hisab, perhitungan matematis astronomi. Rukyah, yakni melihat keberadaan bulan dengan mata telanjang serta mengukur titik surut air laut di pantai.

Advertisement

Sehingga Jemaah An-Nadzir sewaktu menentukan awal puasa lebih cepat dua hari, dan puasa hingga Jumat (18/9) genap 30 puasa. Pelaksanaan Shalat Id ini dijaga oleh puluhan personel keamanan dari Polisi Resor (Polres) Gowa dan aparat TNI.    

Sementara puluhan orang penduduk sekitar dan pendatang juga terlihat berkumpul di beberapa sudut untuk menyaksikan pelaksanaan rukun Shalat Id jemaah An-Nasir yang agak berbeda dengan umat muslim umumnya.

“Saya ingin melihat tatacara shalat mereka secara langsung,” kata salah seorang warga Makassar yang sengaja datang ke tempat yang merupakan pemukiman sekitar 900 orang jemaah An-Nadzir.

Advertisement

Menurut dia, dirinya ingin melihat rukun Shalat Id yang berbeda dengan tatacara shalat umumnya, seperti tidak mendekapkan tangan ketika sedang posisi berdiri dan tidak mengucapkan kata “amin” saat imam selesai membaca surah “Al Fatihah”.

Serta dandanan jemaah yang rambutnya disengaja dicat pirang dan hampir semuanya pakai jubah hitam, katanya.
Ant/tya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif