Garut–Sekurangnya 1.978 pengungsi korban gempa bumi di Garut hingga Minggu siang, yang menderita sakit, sehingga dilakukan pengobatan di Posko kesehatan lokasi pengungsian.
Kepala Dinas Kesehatan kabupaten dr Hendy Budiman mengatakan, Minggu, dari 1.978 penderita tersebut terbanyak terkena insfeksi saluran pernapasan akut (ISPA) mencapai 684 pasien, disusul 437 penyakit otot dan tulang serta 346 kasus grastitis (mag/lambung).
Kemudian 121 pasien penyakit mata, 97 kasus diare serta 293 jenis penyakit lainnya yang seluruhnya dalam proses pengobatan untuk penyembuhan , katanya.
Dikatakannya, 97 kasus diare kini gencar dilakukan pengobatannya agar tidak mewabah, sedangkan dari 293 jenis penyakit lainnya antara lain stres berat, kelelahan serta penyakit kulit.
Mereka tersebar pada 12 titik pengungsian, yang terus ditangani oleh 12 dokter umum, 38 perawat, enam pengelola obat-obatan dan delapan personil administrasi.
Sampai sekarang persediaan obat-obatan sangat mencukupi bahkan terdapat penyangga dari Depkes, kemarin juga dipasok 1 ton makanan pengganti Air Susu Ibu (ASI), yang kini diusulkan penambahannya dari pusat karena masih mengalami kekurangan, katanya.
Sementara itu Kepala RSU dr Slamet Garut, dr Widjayanti Utoyo, SPM mengatakan, hingga Minggu siang belum terdapat pasien pengungsi korban gempa yang dirawat rujukan di UGD, sedangkan sebelumnya almarhumah Erna(45) terpaksa di rujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.
Meski yang bersangkutan sempat ditempatkan di ruang “ICU”, dengan kondisi luka sangat parah akibat tertipa reruntuhan bangunan di kecamatan Cikelet, sekitar 115 km arah selatan dari pusat kota Garut.
Kondisi kepala almarhumah cukup parah, sehingga memerlukan operasi secara besar-besaran setelah dilakukan proses pengobatan, namun pada Minggu dini hari meninggal dunia.
Dengan tewasnya Erna dan Ny Punasih,40,warga kampung/kelurahan Cimuncang beberapa hari lalu, maka seluruh korban tewas di kabupaten Garut menjadi sembilan orang.
Ant/tya